BAYANGAN JIWAMU
Mbah…
Bila kubuka tirai malam
Tuk sekadar mengintip rindumu
Maka syair-syair sedih kepergianmu
Menghubung pada gerak waktu
Lalu lukamu bertamu di mataku
Mbah…
Di atas sajadahku
Rindu bersemayam di situ
Sebab malam berulang pergi
Tadinya jatuh
Di sujud tahajud mentari
Masih kubawa rindu
Barangkali sujudmu tertahan
Sebab selawat itu
Kaku tuk kuucapkan
Jujur saja
Bayangmu kupajang di pucuk malam
Pangabesen, 2022.
SINOPSIS HUJAN
Mendung di luar jendela
Seakan membingkai langit
Burung, dingin, dan angin
Menjadi pahatan indah di sana
Lantaran tubuhku dipeluk dingin
Kudekap bantal yang sama merinding
Tak ingin rasanya kaki
Menjelajahi amperan yang basah
Sebab air melepas resah
Dengan pasrah
Suara-suara bising di atas genting
Menemani mataku yang setengah terpejam
Menunggu suara sayup-sayup
Hilang dari telingaku
Sebab doa
Sudah terdiam di pelupuk pintu
Rumah Kedua, 2022.
DUSTA
Sore itu di ujung rasa aku
Menjumpaimu melukis senja
Mengukir dinding yang tak berdosa
Membuatku puas mengintip zikir
Jika kuterbitkan senja yang nyata
Muncullah hari yang tak kuduga
Jemput aku sebelum terlelap bermimpi
Aku takkuasa menyisir luka yang tersumbat
Duri, karena dosa yang takpernah taubat
Ya, sebagai penyempurna jalan kembali
untuk berhijrah kepangkuan-Mu Ilahi
Gapura, 2022.
MALAMKU TAK LENGKAP TANPA SEBUAH PUISI
Malamku tak lengkap tanpa
Sebuah puisi sebab angin selalu
Membuat dingin sedangkan aku
Hanya bisa duduk tanpa kata-kata
Tak ada puisi yang bisa kutulis