Membaca dalam Islam: Jalan Literasi Menuju Pengetahuan

152 kali dibaca

Secara bahasa, “literasi” berasal dari kata Latin literatus, yang berarti “terpelajar” atau “terdidik.” Dalam konteks umum, literasi merujuk pada kemampuan dasar untuk membaca dan menulis.

Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah informasi yang diterima, baik melalui membaca informasi dari koran, majalah, dan tabloid, maupun melalui mendengarkan serangkaian informasi yang kemudian diolah oleh pikiran hingga dapat menghasilkan output yang jelas dan selaras.

Advertisements

Literasi juga mencakup kemampuan seseorang untuk mengutarakan informasi yang telah diperoleh, baik melalui tulisan maupun ucapan.

Namun, hingga saat ini, literasi masih menjadi tantangan berat bagi pemerintah Indonesia karena rendahnya tingkat literasi di negara ini.

Menurut laporan PISA (Programme for International Student Assessment) yang dilakukan oleh OECD pada tahun 2018, Indonesia berada di peringkat 72 dari 77 negara dalam hal kemampuan membaca. Ini menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan secara signifikan.

Berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani masalah literasi yang minim ini, seperti Gerakan Literasi Nasional (GLN) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai program unggulan. Namun, hasilnya belum seperti yang diharapkan. Padahal, tingkat literasi menjadi kunci kemajuan sebuah bangsa.

Saking pentingnya literasi, Allah SWT menurunkan ayat pertama Al-Qur’an yang juga menjelaskan tentang perintah literasi kepada umat Islam:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Terjemahan: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Lafaz “اقْرَأْ” (Iqra’) berasal dari kata kerja dalam bahasa Arab yang berarti “bacalah”. Kata ini memiliki beberapa makna dan implikasi penting dalam konteks wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ayat ini diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW sedang beribadah di Gua Hira, yang kemudian menjadi wahyu pertama dan awal masa kenabiannya. Pentingnya membaca juga dapat kita ketahui dari cara Malaikat Jibril mengajari Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu belum bisa membaca.

Malaikat Jibril mendekati Nabi Muhammad SAW dan memeluknya dengan erat, kemudian memerintahkannya, “Iqra'” (Bacalah).

Nabi Muhammad SAW, yang tidak bisa membaca atau menulis, menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril mengulangi perintah tersebut, “Iqra'” dan Nabi Muhammad SAW kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”

Jibril kemudian memeluknya dengan lebih erat dan untuk ketiga kalinya memerintahkannya, “Iqra'” (Bacalah). Nabi Muhammad SAW sekali lagi menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”

Setelah ketiga kali, Jibril kemudian mengajarkan wahyu pertama dari Surah Al-‘Alaq, ayat 1-5.

Dari cerita ini, kita dapat memahami betapa pentingnya membaca, karena membaca adalah salah satu jalan masuknya ilmu pengetahuan. Bahkan Nabi kita mendapatkan perintah dari Malaikat Jibril agar bisa membaca.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam menjelaskan dengan jelas dalam teksnya tentang anjuran bagi setiap Muslim untuk berliterasi. Manfaat yang didapatkan dari literasi sangat signifikan. Literasi ibarat sedotan yang mengalirkan air dari dalam botol ke dalam mulut kita; literasi menjadi perantara masuknya ilmu pengetahuan ke dalam diri kita.

Literasi adalah jendela menuju dunia pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas. Dengan demikian, dalam Islam, pentingnya membaca ditegaskan melalui wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, menunjukkan bahwa pengetahuan dan pembelajaran adalah inti dari kehidupan seorang Muslim.

Dalam era modern ini, kemampuan literasi menjadi lebih penting dari sebelumnya, karena dunia kita semakin dipenuhi dengan informasi yang memerlukan analisis kritis dan pemahaman yang mendalam.

Meningkatkan literasi adalah tanggung jawab bersama. Setiap individu, keluarga, dan masyarakat memiliki peran dalam menumbuhkan budaya literasi.

Dengan memperkuat kemampuan literasi, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup kita sendiri, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kita.

Mari kita jadikan literasi sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari, mengingat bahwa dengan membaca dan menulis, kita membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan