EKSTASI WAKTU
rasanya bau kemarin terkuak di ketiak bunga itu
bau harum cintamu, aku begitu menyukainya
keindahan dengan rahasia memerah dan fana
bolehkah kucium lagi rindumu? rasanya ruhmu selalu
mengantarku ke mimpi, tiba-tiba aku jadi seperti ekstasi
semua nyawa muntah ke tanah dan menjadi waktu
rasanya bau kemarin masih tertinggal di mulutku
kukecap ludahku untuk berpuasa dalam suasana
kuulurkan kedua tangan meraihmu dalam bayangan
kau tegak di depan wajahku, kau yang tak ingin
cepat surut di darah, di nadi ingatan
aku merindukan saat-saat memasuki bau-bau cintamu
dzikir itu lagi seperti gema genta di jauh surau
seperti di atas rerumputan tidurku
ketika mendengar senandung angin dari lagumu
2019
MEMBACA HUJAN
kubaca lagi hujan yang berdzikir kepada rerumputan
tetesan-tetesan yang menyimpan tuhan
masih berkaca-kaca di hatiku, begitu terang
seperti sajak-sajak yang kugubah kemudian
bolehkah aku merindukan kesunyian
ketika mengenang huruf-huruf al qur’an
ketika ruh di badan terasa dibawa terbang
menjadi burung-burung yang bertobat
di kedalaman angin
2019
MASIH KUTULIS
masih kutulis ayat-ayatMu
juga debu hidupku dan kabut
dari nasibku yang belum jelas
masih kutulis pencarian
pada jalan-jalan berkelokan
pada angin dan guguran daun yang kelam
pada hari ketika puisi belum menjadi
masih kutulis malam hari
ketika rindu selalu menjelma kalimahMu
2019