Saat ini bangsa Indonesia telah memasuki usia kemerdekaan yang ke-77. Seluruh lapisan masyarakat larut dalam perayaan dan penyambutan. Momentum agustusan sangat identik, suatu refeleksi memaknai kemerdekaan dalam hidup yang lebih konkrit; kemerdekaan dalam lingkup keluarga, kemerdekaan beragama, terentas dari kemiskinan, atau harmonis dalam hubungan dengan sesama ciptaan Tuhan.
Kendati nuansa beragam dari ekspresi pemaknaan kemerdekaan, merdeka adalah suatu perjuangan panjang. Ada rajutan historis di masa lampau di mana ada jihad kemanusiaan (jiwa dan raga) demi tegaknya suatu bangsa. Terlebih mereka yang berjuang dari bilik-bilik pesantren (khadim) di sela-sela mengasuh para santri.
Hal inilah yang menjadi spirit perayaan kemerdekaan para santri yang tergabung dalam Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) cabang Kecamatan Talango dalam merealisasikan kegiatan Napak Tilas Kemerdekaan di lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Kamis (19/08). Bagi mereka, pemaknaan kemerdekaan tidak lepas bagaimana mentransformasikan spirit juang para kaum sarungan.
“Kegiatan ini sebagai bentuk istighasah kebangsaan, dimana dengan adanya napak tilas dan istighasah ini merupakan refleksi pembangunan negara kita ke depan lebih maju lagi. Tidak hanya merdeka secara konstitusional, tetapi juga kemerdekaan itu bisa benar-benar dirasakan oleh rakyat bawah,” kata Ketua Ikatan IAA Talango, Edy Hartono.
Napak Tilas ini dimulai dengan istighasah di Tugu Perjuangan Pahlawan KH. Abdullah Sajjad (Putra Pendiri Ponpes Annuqayah, K. Syarqawi al-Kudusi) yang terletak di lapangan Kemisan, Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur. Tempat itu menjadi saksi atas perjuangan Kiai Annuqayah melawan Belanda.
Kagiatan dilanjutkan dengan Napak Tilas ke beberapa maqbarah yang ada di lingkungan pesantren, diantaranya di Maqbarah K. Syarqawi al-Kudusi (atau asta tengah para santri menyebutnya), Maqbarah KH. Abdullah Sajjad dan KH. Muhammad Ilyas Syarqawi (asta laok).
“Kami juga melaksanakan istighasah kebangsaan dengan tujuan sebagai nyambung pangestoh (membangun kepedulian) kepada guru kita semua, yakni para masyaikh di Ponpes Annuqayah,” lanjutnya.
Lebih lanjut, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sowan kepada beberapa pengasuh di Ponpes Annuqayah, yaitu K. Syafi’ie Ansori dan KH. Muhammad ‘Ali fikri. Harapan bisa memohon doa semoga mendapatkan ilmu yang barokah dan bisa meneruskan perjuangan para pahlawan terdahulu utamanya Masyaikh Annuqayah yang pernah berjuang di barisan sabil yang dipimpin oleh KH. Abdullah Sajjad.
Menurut Edy, tidak banyak hal yang bisa disampaikan kepada para pengasuh, mengingat ada pertemuan para pengasuh pesantren, “Pada sowan tersebut tak banyak yang kita dapat sampaikan karena setelah shalat jumat ada rapat masyaikh,” ungkap dia.
Disampaikan secara terpisah, Koordinator acara Napak Tilas Kemerdekaan, Ach Nur Khalili, menyampaikan harapan semoga kegiatan dan kekompakan santri IAA Talango bisa terus terbona dan terus berkelanjutan ke depan. Baginya, kegiatan ini adalah adalah untuk mempererat hubungan ruhaniah keilmuan dan pengabdian kita ke Popes tercinta dan juga sebagai bentuk kecintaan kita kepada negara kita.
“Kegiatan hari ini adalah sebagai embrio kebangkitan santri IAA Talango, bagaimana IAA Talango kedepannya lebih aktif dan bermasyarakat sehingga keberadaannya dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas,” harap dia.