Semakin banyak peristiwa unik, menggelitik, dan menarik akhir-akhir ini terlebih ketika 14 Februari kian dekat. Itulah hari pencoblosan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Peristiwa-peristiwa unik, menggelitik, dan menarik itu mewarnai dinamika kontestasi di antara tiga pasangan calon presiden/wakil presiden, Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuning Raka, dan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Di antara yang saya sebut sebagai peristiwa-peristiwa unik, menggelitik, dan menarik itu sedikit banyak mungkin akan berdampak pada perolehan suara masing-masing kontestan. Saya akan memulainya dari istilah gemoy. Dalam percakapan sehari-hari, gemoy diartikan sebagai sesuatu yang lucu dan menggemaskan.
Dalam konteks Pemilihan Presiden 2024 ini, istilah gemoy dirujukkan kepada Prabowo karena sering berjoget di berbagai kesempatan kampanye. Tentu, ada motif di balik tari gemoy yang sering dipertunjukkan Prabowo di depan publik. Dengan tari gemoy, Probowo seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya merupakan sosok yang lucu dan menggemaskan, sesuatu yang katanya disukai Gen-Z. Bukan sosok angker dan pemarah seperti yang dikesankan banyak orang selama ini.
Benarkah demikian? Entahlah. Yang jelas, belakangan Probowo mulai jarang berjoget di depan publik, dan sayup-sayup istilah gemoy yang merupakan plesetan dari gemas itu sudah mulai jarang terdengar diperbincangkan orang.
Berikutnya popular istilah omon-omon. Istilah ini belakangan popular, sekali lagi, juga gara-gara Prabowo. Dalam panggung debat resmi yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Minggu (7/1/2024), beberapa kali Prabowo menggunakan istilah omon-omong yang ditujukan kepada rivalnya, Anis Baswedan. Apa arti omon-omon?
Di kamus mana pun saat ini belum bisa ditemukan entri omon-omon ini. Selain mendengar dari Prabowo, banyak yang tidak tahu asal usul istilah omon-omon dan apa maknanya. Jika didasarkan pada konteksnya, orang hanya bisa meraba-raba maksudnya. Bisa jadi omon-omon merupakan plesetan dari omong-omong atau cuap-cuap doang. Bisa jadi, istilah ini dipakai untuk melabeli sosok yang selama ini dikenal sebagai hanya jago bicara.