Catatan Redaksi: Naskah ini ditulis oleh santriwati yang masih anak-anak, 16 tahun. Kami baru sadar sudah lima tahun tapi belum menyediakan ruang ekspresi buat anak-anak. Maka, naskah ini dimuat seutuhnya, apa adanya, tanpa sentuhan editing sehuruf pun, untuk menjaga orisinalitas ekspresi kreatif anak-anak. Kami akan segera menyiapkan ruang ekspresi untuk anak-anak.
***
Saya udah lama dengar kabar kalau nanti ibu kota Indonesia bakal pindah ke Kabupaten PPU, Kaltim. Namanya jadi IKN Nusantara. Sekitar 2-3 jam kalau lewat tol dari tempat tinggalku di Samarinda. Katanya, ribu-ribu orang akan dipindah ke sana. Presiden juga akan pindah dan upacara 17 Agustus 2024 nanti di istananya di sana.
Sejak awal saya bingung aja, kenapa ibu kota negara dipindahkan? Bukannya yang lama lebih baik diperbaiki aja kalau rusak? Jadi waktu ngobrol-ngobrol dengan orang tuaku, saya sebenarnya antara setuju dan tidak setuju. 50:50 gitu.
Kenapa setuju?
Ya mungkin nanti Samarinda juga akan seperti Jakarta, jadi lebih maju, banyak tempat wisatanya. Lebih banyak jalanan mulus gara-gara banyak orang datang dan banyak bangunan megahnya.
Tapi, saya rasa tidak setuju juga.
Kalimantan kan katanya paru-paru dunia karena banyak pohon besar-besar di sini. Hutannya luaaas sekali. Nah, pasti kan pohon-pohon itu ditebang untuk bangun gedung-gedung. Trus, binatang-binatang khas Kalimantan juga akan tergusur. Misalnya orang utan, nanti pindahnya ke mana? Kalau kita merusak habitatnya, nanti akan banyak orangutan masuk ke rumah penduduk karena hutannya sendiri udah nggak ada. Kayak nggak adil aja kita sama binatang.
Makin lama juga Samarinda makin panas. Udah pake AC tetap panas. Kata orang tuaku, itu yang namanya climate change alias iklim yang berubah gara-gara banyak tebang pohon.
Trus, kalau nanti misalnya ibu kota barunya rusak lagi kayak mantan, apa nanti pindah lagi ke tempat lain? Saya heran, kenapa malah meninggalkan yang rusak, bukannya membenarkan tapi ditinggalkan lagi. Apa mau begitu terus, pindah-pindah ibu kota?
Tulisan ini mengingatkan kita untuk perduli dengan mahkluk hidup yang kehilangan habitatnya, namun siapa yg perduli oleh oknum sebagai pelakunya. Secara realita memang jelas kalau pembangunan IKN ini akan ada dampak besarnya terutama hewan seperti orang utan namun pembangunan terus berlanjut, selebihnya bagaimana tanggung jawab pemerintah untuk mengatasinya. Mungkin tulisan ini akan mengingatkan kita semua bahkan smoga terdengar sampai ke pemerintah untuk mencari solusinya. 😇
Menurut saya tulisan ini menjadi sebuah kritik membangun bagi semua pihak yang terlibat dalam pembangunan dan pengembangan IKN kedepan. Dimana, pemerintah yang dapat bertindak lebih tegas terhadap penanganan satwa liar wilayah IKN agar tidak terjadi kepunahan, karena pembangunan IKN sendiri menurut saya adalah sebuah langkah yang dipilih untuk memperluas pengenalan wilayah Indonesia yang sangat luas dan mengurangi desentralisasi pulau jawa yang menurut saya perlu pembenahan berlanjut.
Mohon tulisan ini dapat menjadi pengingat bersama bahwa wilayah IKN juga memiliki penduduk asli, baik masyarakat setempat maupun satwa asli Kalimantan yang perlu dilestarikan.
Ibukota Negara Nusantara dapat menjadi pusat kegiatan Peradaban Dunia yang sangat vital untuk dibangun lebih cermat. Peradaban sumber daya manusia beserta seluruh sumber daya alam didalamnya sangat beraneka-ragam. Pemerintah harus serius memikirkan dampak ke depannya. Paru-paru dunia harus tetap terjaga, karena merupakan hal terpenting untuk kelangsungan makhluk hidup dunia. Bangunlah tempat cagar alam, budaya dan margasatwa yang sangat luas, demi keberlangsungan hidup mereka. Pemerintah jangan hanya memikirkan kehidupan saat ini, tapi pikirankan juga kehidupan kami beberapa puluh tahun ke depan.
Salam Literasi…. by Fahira Azzahrah (9 tahun)