BERTEMU YANG GAGAL
Entah sudah yang ke berapa kalinya
Mataku sayu di depan pintu
Hujan terus saja menari
Harapan terus saja mandi
Dalam tubuhku yang dingin sendiri
Entah di simpang tiga masih ada tubuhmu
Yang ramai dengan puisi,
Juga rambutmu yang basah sebab kata
Sungguh bayang yang indah dalam dunia yang fatamorgana
Hai tubuhku yang lain
Sudikah kau memberi kesempatan
Pada temu yang gagal?
: Bertemu kembali
Di setiap detik melaju ke selanjutnya
Juruan Laok 23.
PADA SETIAP HALAMAN PERTAMA DI WAJAHMU
Di halaman pertama wajahmu, tersimpan senyum yang sangat hambar, bagi penyuka manis sepertiku,
Di antara kerut dahimu, tersimpan gelisah
Yang bersimpuh lusuh, bagi ragaku yang sangat bersih oleh kata
Di lekuk alismu, terbentang harap tak terucap, yang terlihat sangat pucat bagi pemilik bibir merah sepertiku
Dan di ujung matamu
Tersimpan beribu tanya yang undur,
Sebab mulut orang-orang menyumpalmu dengan perkataan kasar
: Dan bagiku pada setiap halaman pertama wajahmu, hanyalah kesedihan dari fatamorgana dunia
Juruan Laok 23.
SINGKAT YANG DEKAT
Salam kepada pendiri malam,
Tempat di mana segala rindu berlabuh,
Dalam embus angin yang menyimpan aromamu,
Tanpa sadar
Kulihat malam mengetuk jendela
Menampakkan sosokmu yang sekarat
Sebab rindu menyusup, dalam rongga paling dalam
Hati yang sedari tadi gelisah,
Tiba tiba saja tertata
Sebab bayang senyummu tiga hari yang lalu, berlabuh di mataku
Dalam wujud matamu yang biru
Ruang Imaji 23.
ilustrasi: lukisan made kaek.