KEPADA PELAUT MUDA
singkap matamu
bagaimana layar itu mengikat angin pada tubuhnya
ketika matahari menjelang merah jambu.
ombak yang pecah dalam tubuhmu,
ledakkan kesepian camar lumpuh
di tepi pelabuhan.
kacong, tubuh kita pantulan derap gelombang
menampung macam bayang-bayang
karang remas diinjaknya.
matahari lamban ditambat lajunya.
kita menerka-nerka
sebelum istana pasir sempurna dibangun ketam:
doa perempuan sudah biru di rahim lautan.
ikan yang terbuat dari daging_tulang_ waktu
digiring tuhan ke dalam lingkar jaringmu
selagi engkau tahu, doa dan peluh lebih bengis dari sembilu.
Kutub/Yogyakarta, 2021.
PADA SEBUAH PELABUHAN
i/
kau tahu, ketika kalimat tuhan pecah dari toa itu
matahari akan padam dengan sendirinya
kelelawar-kelewar keluar gua
memburu angin di tebing gelap
seandainya ratap ombak dapat kau pagut
maknanya, karang-karang yang tenang
pelabuhan yang lengang
akan menghancurkan kebisuannya
lewat waktu yang tercipta dari rindu
jika kata kalimat-kalimat yang
menyembul dari mataku saja
tak dapat kuak keberadaannya
maka hancurkan dirimu
dengan rasa cinta yang masih tersisa
tapi sebelum engkau benar-benar hancur
dan lebur dalam debur ombak purba
ada yang mesti kau bawa mati:
antara pedih, juga rasa rindu yang hakiki.
ii/
pada akhirnya kita saksikan layar itu
mengembang dari balik bayang-bayang
menyeka angin pembawa dingin
sampai batas paling gigil
sedang bulan tak jemu
menyiram jagat dengan cahaya
walau kadang diganggu
helai demi helai rambut langit
dengan suara karat mesin tongkang
juga sampan, melepas segala beban
tanpa ada rasa rindu dan cinta
yang dikorbankan
Cabeyan, Desember 2021.
EFROSINA
i/
di celah daun kersen, matahari malu-malu
umbar separuh wajah
dengan sisa gigil malam buta:
aku gagal jumpa bulan tanggal empat belas.
pagi dan segala yang bernama pagi
taburi telapak kakiku dengan bulir embun
yang beningnya melebihi air mata
aku ingin menjelma pendeta
kesohor pecahkan terjal jiwa
tumbuhkan bunga dari nganga luka
ii/
pada awalnya tak kutahu
robusta ini hasil dari bulan
yang kau tubruk di lesung pipimu
hingga pada akhirnya
duka lebih leluasa jadikan sepiku
sebagai suaka
jika matahari panasnya melebihi bahasa.
Cabeyan, 2021.
ilustrasi: josan hamim devianart.
that is a good poem, how are you lil?. dont forget to nasa, hehe