PARA PEMBAKAR KOTA
para pembakar kota telah pergi
meninggalkan puing-puing & abu beterbangan
menuju hutan terakhir yang dijaga moyang
para pembakar kota melempar batu-batu siksa
ke sungai-sungai airmatamu
ke laut-laut dukamu
ke kampung-kampung ingatanmu
rumah-rumah kenangan menjadi darah
mengalir waktu menjadi angin gurun yang membakar
menguapkan kemalangan ke langit kerontang
2024.
KOTA-KOTA BERSIMBAH LUKA
kota-kota bersimbah luka
ketika orang-orang ditombak sepi
diperas keringatnya jadi sunyi
kemiskinan adalah udara
sampah-sampah menjelma rumah-rumah
mereka seketika hidup dalam bau busuk peradaban
langit mencatat reruntuhan nasib
jiwa-jiwa terpelanting bagai puing-puing
diterbangkan topan janji pembangunan
kota-kota bersimbah luka
perih-perih mengapung di lautan panas
mereka hanyut lalu tenggelam, naas
kota-kota bersimbah darah segar
luka-luka terbuka tak bisa diseka
hutan-hutan yang kehilangan warna
2024.
DI KOTA MALAM
di kota malam
tak ada kata tidur
orang-orang nongkrong
melepas bosan & kegilaan
lampu-lampu sepi
tak pernah dimatikan
di kota malam
mimpi tak ada
doa dan cita-cita
terbang entah ke mana
orang-orang bermata kesedihan
enggan menutup matanya
untuk sekedar menemukan senyuman
di kota malam
tubuh-tubuh gigil
menantikan ajal tiba
kehampaan langit
wajah pucat rasa sakit
ingin segera dikubur matahari
2024.
24 JAM KESEPIAN
24 jam kesepian menyerbu tubuhmu
menyerbu matamu
mata merah rindu
membeku
menatap bangunan tua
dan hantu-hantu bisu
yang lalu lalang
melayang-layang di ingatan
di kenangan
kepada siapa hendak
kausapa wajahmu sendiri?
sedang yang tersisa
hanya ruang-ruang sunyi
mirip kuburan
rasa pedih mendengus
seperti udara
mengambur di sepanjang jalan
jejak-jejak kenangan terbakar
24 jam kesepian
menyerbu jiwamu
ruhmu yang malang
menyeret sajak-sajak kelam
ke langit malam ke diam waktu yang gelap
sedang angin ungu menyapu bibirmu
yang mengucap kalimat pucat maut
2024.
PERJALANAN TAK ADA UJUNG
mengembara di kota-kota adalah perjalanan tak ada ujung
matahari rekah berganti suram selepas daun-daun gugur
dan kita melangkah membawa mimpi larut ke arah laut
ombak-ombak pasang yang panjang serupa kenang
membawa kita ke rumah bintang-bintang
ke diam bulan
ingatan kita pergi pada rasa sakit
pada perpisahan dan kehilangan
angin dan kabut adalah gigil tubuh sepi
lanskap jauh yang hampir padam api
perjalanan ini tak ada ujung
kota-kota melewati kita seperti murung
luka tercecer di mana-mana
kata-kata berserakan di mana-mana
dari jantung tertombak ngilu
selepas pintu-pintu tertutup
dari segala niat hendak mengetuk,
kita pun dikutuk mengembara selamanya
2024.
MEMASUKI KOTA
memasuki kota kulihat kata-kata pudar
jadi negeri kabut
kesedihan terayun ke mana-mana
serupa dingin
jalan-jalan adalah pintu tertutup
kau menangis, tapi airmatamu tak juga jatuh
kau berdoa, tapi langit seakan tak menjawabnya
seperti batu-batu terlempar di udara
kau menggelundung dari nasib tergantung
memasuki kota menjadi kusut dan murung
2024.
Ilustrasi: pngtree.