Ilmu Nahu dan Saraf sudah tidak asing lagi bagi kalangan santri, terlebih lagi santri yang mendalami kajian kitab kuning yang ditulis dalam Bahasa Arab. Ilmu Nahu dan Saraf merupakan ilmu alat yang digunakan untuk memahami teks Arab dengan menyeluruh. Sebenarnya masih banyak lagi cabang ilmu Bahasa Arab, seperti Balaghah, Mantiq, Qowafi, dan lain-lain.
Nahu dan Saraf menjadi yang paling penting dipelajari ketika seseorang ingin memahami Bahasa Arab dengan menyeluruh. Karena, dengan menguasai Nahu dan Saraf, seorang santri memiliki bekal atau alat untuk mengungkap segala makna, baik yang tersurat dan tersirat, pada suatu kalimat/lafaz dalam teks Arab. Ini sangat berguna terutama ketika kita membaca kitab kuning tentang macam-macam cabang ilmu agama.
Seseorang tidak dapat mengungkapkan isi daripada suatu kitab kuning jika ia tidak memahami Nahu dan Saraf dengan benar. Dianalogikan seperti ini: kita merakit sebuah barang elektronik, namun tidak memiliki ilmu dan perkakas yang diperlukan untuk merakit barang tersebut. Jika dipaksakan untuk merakit tanpa alat dan perkakas yang memadai, maka tujuan kita untuk merakit tidak akan terlaksana dengan sempurna. Begitu pula ketika memahami isi kitab kuning yang rumit, tanpa disertai kemampuan menguasai ilmu Nahu dan Saraf yang lengkap, maka kita tidak dapat mengungkap isi kitab tersebut secara sempurna.
Ilmu Nahu dicetuskan oleh seorang ulama yang sangat terkenal pada zamannya, yaitu Imam Abu Aswad Adduali. Dikisahkan, pada suatu malam ketika beliau sedang duduk berdua dengan anaknya sambil menatap langit yang indah. Anaknya mengucap مَا أَحْسَنَ السَمَاءَ, yang artinya “betapa indahnya langit ini.”
Lalu Imam Abu Aswad Addualai membenarkan ucapan anaknya tersebut dengan menyebut مَا أَحْسَنَ السَمَاءِ. Maka dengan cerita tersebut, ulama-ulama Nahu menyebut beliau sebagai pencetus Ilmu Nahu. Kemudian, Ilmu Saraf dicetuskan oleh Imam Abu Muslim Ibn Muhammad Al-Muslim.
Dalam memahami al-Quran dan Hadits, kita juga perlu menguasai Ilmu Nahu dan Saraf ini. Karena, makna-makna yang tersurat dan yang tersirat dapat diketahui dengan menggunakan ilmu tersebut. Landasan tercetusnya Ilmu Nahu dan Saraf pun berdasarkan Hadits Nabi Muhammad yang berbunyi تعلموا العربية و علمواها الناس, yang artinya “pelajarilah wahai kalian akan Bahasa Arab dan ajarkanlah kepada manusia yang lain.”
Berdasarkan hadits tersebut, dapat kita pahami bahwa Nabi Muhammad menganjurkan kepada umatnya untuk mempelajari Bahasa Arab karena Bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan di dalam al-Quran. Dalam hadits lain disebutkan احبوا العرب لثلاث : لأني عربي و القرآن عربي و كلام أهل الجنة عربي , yang artinya “cintailah Arab karena tiga hal: karena aku orang Arab, karena al-Quran berbahasa Arab, dan percapakan ahli surga dengan bahasa Arab.”
Oleh karenanya, patut bagi diri kita mencintai Bahasa Arab dengan cara mempelajari dan mengkaji ilmu-ilmu yang bersangkutpaut dengan Bahasa Arab. Selain mendapatkan ilmu yang berkah dengan mempelajari Bahasa Arab, kita juga mengamalkan kandungan hadits yang telah disebut agar kita termasuk pada golongan yang mencintai dan mengamalkan Hadits Nabi Muhammad.
Dalam hal ini, salah satu yang sangat penting dipelajari ialah Ilmu Nahu dan Saraf, sebagaimana Imam Syarifuddin Yahya Al-Imrithy berkata di dalam nazom beliau: و النحو أولى أولا أن يعلما ~ اذي الكلام دونه لن يفهما , yang artinya “Ilmu Nahu itu yang paling penting dan hal yang paling awal untuk diketahui, karena jika ada perkataan (Bahasa Arab) tanpa menggunakan Ilmu Nahu, niscaya tidak akan dapat dipahami.”