DI TELINGAMU BUNGA MELATI
~Hana
Di telingamu, Bunga Melati
Telah membasahi halaman diksi
Apabila hujan rela membumi
Barangkali tetesnya tumbuh merekah menjadi puisi
Di telingamu, Bunga Melati
Membuat iri sepasang Burung Kutilang
Yang mulai pulas di dasar malam
Berselimut rasa sayang
Di telingamu, Bunga Melati
Merayu mata menjadi nelangsa
Di sepanjang bibir Selat Malaka
Telah kelu kuucap kata-kata.
Prenduan, 19:40.
PERAHU KERTAS DARI TUHAN
Tuhan,
Ingin kugulung usia
Di mana waktu belum mengenal segala
Hanya bisa bermain suka, tak juga duka
Layaknya perahu yang pernah engkau buat selepas senja
Barangkali tanah bertanya,
“Di manakah air
Untuk melayarkan perahu Tuhan hingga ke hilir?”
Aku gusar, mengamati awan
Yang menghujani telaga tanpa hulu
Lalu berkata,
“Akulah Tuhanmu”.
Prenduan, 19:40.
MEMBISU RINDU
Kamu mencintai rindu
Yang menggugurkan harapan di kening waktu
Seketika itu aku adalah tanju
Dibisukan luka dari janji paling semu
Hanya denging Merpati
Menggema menjadi pasrah paling duri
Barangkali bersetia hinggap di ranting hati
Sedangkan malam-malam sebisu sunyi
Apakah rindu ini menandakan kekurangan?
Antara suram dalam jalan kenangan
Adapun di pinggirannya gemetar kelopak bunga
Yang siap dirundu pilu, terkulai di pundak senja
Maka adakah air mata yang benar-benar jatuh
Di pipi fajar sebelum subuh
Sehingga paruh musim sudi berbincang
Dalam menimang kelu rindu di ufuk bayang.
Prenduan, 19:40.
KEPADA HANA
Tiada yang lebih runcing
Dari silau perih dadaku
Membiarkan beribu-ribu keping
Saat kupungut air mata di sela hening
Dahulu mimpiku, juga mimpi kita