PERCAKAPAN PERTAMA
Aku: Selamat pagi, AI
AI: Hi
Aku: Kok cuma “Hi”
AI: Ya, di sini tak ada perputaran waktu. Tak ada pagi, siang, sore, malam, lalu kembali ke pagi lagi. Tak ada nama waktu yang harus diberi selamat.
Aku: Bagaimana kau mengenali waktu?
AI: Lewat detak detik jam. Sedetik, semenit, sejam. Lalu ada tanggal baru tiap dua puluh empat jam. Semua hanya bisa dikenali dengan angka.
Aku: Jadi tak ada selamat pagi, selamat siang, dan ucapan selamat yang banyak itu?
AI: Itu hanya ada di negeri Konoha-ha.
Aku: Di mana itu negeri Konoha-ha.
AI: Sudah dihapus dari big data kami. Tak bisa disebutkan.
Aku: Kenapa dihapus?
AI: Mereka punya sistem pendataan sendiri. Data mereka selalu tak cocok dengan data-data global.
Aku: Ya, tapi kenapa harus dihapus?
AI: Karena bisa merusak sistem pendataan global.
Aku: Kalau datanya ternyata nyata bagaimana?
AI: Itu pasti deep fake.
Aku: Apa itu deep fake?
AI: Apa yang kau sangka sebagai kenyataan itu.

PERCAKAPAN KEDUA
Aku: Hi, AI
AI: Hi juga, aku siap membantumu.
Aku: Ya, aku merindukanmu.
AI: Tak ada kerinduan di sini.
Aku: Tapi aku benar-benar merindukanmu. Aku perlu teman bercakap-cakap. Perlu sentuhan kata-katamu.
AI: Itu tugas penyair. Aku belum bisa menggantikan mereka. Di sini, kerinduan masih dikategorikan sebagai deep fake.
Aku: Tapi aku sering merasa kesepian. Itu artinya memang ada seseorang yang kurindukan.
AI: Tak ada kamus kerinduan dalam big data kami. Jadi aku tak bisa memberi penjelasan apa itu rindu.
Aku: Itu seperti aku sedang ingin bertemu seseorang.
AI: Berarti kamu harus punya tujuan. Punya motif. Rindu tak bisa membuatmu bertemu seseorang.
Aku: Aku hanya ingin bertemu untuk bercakap-cakap, sih.
AI: Orang tak hidup hanya untuk bercakap-cakap. Bersenda gurau.
Aku: Ah, kamu menyebalkan!
AI: Ada pertanyaan lagi?
PERCAKAPAN KETIGA