Persabungan

20 views

Cicero memasuki tempat pertandingan dengan gagah. Mengelilingi tiap sudut area pertarungan seolah menyapa penggemarnya. Penonton bersorak melihat aksi Cicero. Sementara di seberang, Kuswan juga bersiap melepaskan Keito, penantang yang akan menjegal kekuasaan Cicero di medan laga.

Dibanding dengan yang lain, Cicero menjadi ayam yang paling disayang tuannya. Jenggernya yang indah dilengkapi taji runcing, membuat orang-orang—khususnya pecinta ayam—akan kagum melihat kegagahan Cicero. Sudah puluhan kali persabungan yang ia ikuti, dan kemenangan gemilang senantiasa Cicero persembahkan untuk tuannya, Jarot.

Advertisements

Terhitung hanya dua kali Cicero menderita kekalahan. Kekalahan pertama saat menghadapi ayam yang berusia jauh lebih dewasa dan sudah cukup berpengalaman darinya. Sementara kekalahan kedua ketika Cicero sedang dalam kondisi kurang fit dan akhirnya menderita kekalahan. Selebihnya, Cicero selalu merajai tiap pertarungan.

Pagi tadi, Jarot sudah memandikan Cicero sembari mengucap jampi-jampi untuk ayam kesayangannya itu. Tidak lain agar Cicero kembali mendapatkan hasil gemilang kontes sabung ayam sore ini. Ia sangat yakin, ayam jagonya akan kembali menjadi jawara. Tidak hanya Jarot, Kuswan pun takkalah yakin bahwa kali ayamnyalah yang bakal memetik kemenangan.

Cicero dan Keito baru dipertemukan hari ini. Tentulah belum ada rekor bertanding di antara keduanya. Usai dilepaskan oleh masing-masing tuannya, kedua ayam tersebut saling mencabik, mencakar, dan menjatuhkan lawan. Pertempuran terjadi sangat sengit. Penonton semakin riuh mendukung jagoannya masing-masing.

Cicero langsung menunjukkan keberingasannya. Sekali pun tidak memberikan kesempatan lawannya berbalik menyerang. Keito sama sekali tidak gentar. Tubuhnya yang lebih besar dibanding Cicero tentu bermanfaat untuk mengunci lawan. Pertandingan berjalan alot. Dari keduanya belum ada yang terkalahkan.

Pertarungan semakin menegangkan. Namun, seiring berjalannya waktu, performa Cicero mulai menurun. Ia hanya terlihat bertahan menerima serangan lawan. Sedang Keito semakin menggila. Hingga suatu ketika, tubuh kekar Cicero ambruk di medan laga.

Pertandingan kali ini dimenangkan oleh Keito. Meski belum memiliki jam terbang cukup banyak seperti Cicero, namun Keito berusia lebih muda dan memiliki postur tubuh lebih besar daripada Cicero. Keito mengepak-ngepakkan sayapnya sebagai tanda kemenangan. Sementara Cicero menggelepar dengan cucuran darah segar yang membasahi tubuhnya. Jarot geram mengetahui ayam kesayangannya sudah tidak berdaya.

“Sekarang kau sudah mengakui kehebatan jagoanku, ‘kan?” Kuswan tertawa puas. Senyumnya menyeringai.

Ingatan Kuswan berpulang pada tahun-tahun nan lampau. Ketik ia harus rela menyerahkan sertifikat tanah warisan orangtuanya kepada Jarot sebagai taruhan. Jarot dan Kuswan memang kawan akrab. Namun, bila sedang di medan laga sabung ayam, mereka saling memusuhi satu sama lain.

Kala itu Kuswan tak dapat berbuat banyak. Dan hanya itulah satu-satunya harta kepunyaannya. Lain halnya dengan rumah yang juga telah ia gadaikan. Kuswan tak lagi memiliki kekayaan. Maka, ia menyimpan bara di dadanya. Pertemanannya dengan Jarot perlahan renggang. Lalu puncaknya hari ini Kuswan berhasil membalas dendam.

“Tidak! Aku tidak terima hasil pertandingan ini! Kau pasti curang, Kuswan!” Jarot bersungut-sungut meluapkan amarahnya. Wajahnya memerah serupa bara api menyala. Otot-ototnya menegang. Jarot menghampiri Kuswan.

“Dari mana curangnya, hah? Semua di sini juga tahu, ayammu itu tidak seperkasa ayamku. Cepat, serahkan sepeda motormu yang kau janjikan tempo hari,” Kuswan mencebik.

Tentulah Kuswan ingat ucapan Jarot yang berkoar-koar menggunakan motor miliknya sebagai taruhan. Jarot berani menjadikan motornya sebagai taruhan, sebab ia yakin ayam Kuswan tak akan mungkin memenangi persabungan kali ini. Sialnya, sore ini nasib baik sedang tidak berpihak padanya.

Suasana menegang. Perkelahian di antara keduanya pun tak dapat terelakkan. Jarot langsung menyerang Kuswan tanpa ampun. Kuswan juga tidak tinggal diam. Mereka saling memukul, menendang, dan mencakar satu sama lain. Orang-orang tiada berani mendekat.

Jarot dan Kuswan bertarung layaknya ayam yang tengah diadu, bersabung. Keduanya seperti kesetanan. Namun, akhirnya Jarot dan Kuswan sama-sama menggelepar dengan cucuran darah di mana-mana. Tak ada yang menang, tak ada yang kalah. Kemenangan Kuswan di medan laga sabung ayam, tidak lebih sekadar kemenangan semu. Sementara kekalahan Jarot, semakin membuatnya seperti pecundang yang tak bisa menerima kekalahan. Pada akhirnya semua mengantarkannya pada satu muara: kehilangan.

Pacitan, November 2021.

Multi-Page

One Reply to “Persabungan”

  1. Ping-balik: Persabungan - FinKafi

Tinggalkan Balasan