Pondok Pesantren Motivator Qur’an Ekselensia Indonesia, Bogor, Jawa Barat, hari ini sudah memasuki liburan pesantren. Setiap santri dari berbagai daerah telah mempersiapkan diri untuk mudik dari satu hari sebelumnya. Mulai dari packing baju, bersih-bersih asrama, hingga penjagaan terhadap kebersihan lingkungan pesantren.
Para santri yang dari luar provinsi, seperti dari daerah Batam, Padang, Palu, Bali, Bangka Belitung, Sumatra, Kalimantan, difasilitasi pesantren dengan diantarkan ke bandara oleh beberapa pembinanya. Ada sekitar 50-60 santri yang diantarkan ke bandara Soekarno-Hatta (Soetta) menggunakan bus dan mobil.
Sementara para santri yang tempat tinggalnya di dekat pesantren, seperti dari Jakarta, Bogor, Tanggerang Selatan, Bekasi, Majalengka, Garut, Pekalongan, Tegal, dijemput oleh para wali santri masing-masing.
Selain itu, ada juga santri dari Jawa Timur (Jatim), juga difasilitasi pesantren. Mereka dipesankan langsung menggunakan bus. Termasuk yang ikut dalam rombongan santri Jatim tersebut antara lain adalah pembinanya. Sehingga, para santri Jatim, dan tentu saja para santri dari semua wilayah, tetap merasakan pendampingan.
Untuk menjaga tradisi dan karakter pesantren yang menjunjung tinggi nilai-nilai Qurani agar terus menjadi karakter bukan hanya dibaca melalui lisan, tetapi mewujud dalam konteks kehidupan, maka setiap santri selama dalam perjalanan agar mereka senantiasa membaca Al-Quran.
Kalau santri Jatim, mereka secara bersamaan membaca Al-Quran mulai sejak menduduki kursi masing-masing di dalam Bus. Mereka secara bersamaan membaca surah Yasin dan Al-Waqiah supaya diberikan kemudahan dan keselamatan selama dalam perjalanan.
Satu hari sebelum kepulangan santri, yakni pada Sabtu (22/4), pengasuh Pesantren Motivator Qur’an, Coach Ustad Edy Susanto memberikan kelas sekaligus nasihat-nasihat kepada seluruh santri di Mushola Pesantren. Pengasuh pesantren sangat menekankan agar santri harus tetap menjaga nama baik pesantren di manapun dan kapanpun.
Ustad Edy juga menekankan agar santri tidak boleh meninggalkan kebiasaan baik untuk terus dibumilabuhkan sampai di rumah. Seperti menjaga kualitas sikapnya. Harapan pengasuh santri harus menjadi representasi yang baik di tengah-tengah masyarakat, lebih-lebih di dalam keluarganya.
“Jangan sampai santri menjadi raja, dan menjadikan orang tuanya yang mulia itu menjadi pembantu kalian, ” tuturnya.
Dicontohkan, misalnya, ketika terdapat baju yang kotor, baik baju dirinya sendiri atau baju keluarganya, seharusnya santri harus lebih sigap tanpa disuruh agar dapat membuktikan kecintaannya pada keluarga, dimulai dengan mencuci baju sendiri hingga baju keluarganya.
“Jangan sampai tangan orang tua kalian yang mulia itulah yang mencuci baju kalian,” kata pengasuh terhadap para santri.
Acara pembekalan sekaligus kelas bersama pengasuh tersebut dimulai dari pukul 17:00 hingga 17: 49 WIB. Setelah itu dilanjutkan buka bersama dan salat tarawih. Selepas salat tarawih bersama pengasuh, seluruh santri, baik putra maupun putri sowan ke pengasuh.
“Sebelum pulang, saya tidak ingin kalian membawa kotoran-kotoran yang timbul dari sikap dan perilaku kalian mungkin selama di pesantren. Karena itu, dalam soan ini merupakan serangkaian pembersihan kotoran tersebut agar kembali fitri (bersih) dengan minta maaf kepada pengasuh, para guru dan sesama temannya,” tutur pengasuh.