TABUR BUNGA
Teruntuk: KH Fakhrillah Aschal
Di balik tirai duka
Tersimpan air mata suci
Mengalir deras membentuk lara
Hingga mata purna tak bermakna
Tepat di pusara basah, kubisikkan doa
Memegang kepala seakan hidup di dunia
Tabur bunga aliri air mata
Hampir lupa qadar sang esa
Jeritan tangis di mana-mana
Seperti tiupan sangkakala
Kuhanya diam menyelami puisi
Karena sadar tak ada yang abadi.
TEMBOK HIJAU
Sudah puluhan tahun kusaksikan bendera
Bendera hijau perajuk nusantara
Berlambang bumi menebar cinta
Dalam balutan zona takwa
Kini rakyat bumi selawat sangat berduka
Tanah alfa kehilangan singa
Hanya bertutur beragam cerita
Terkenang abadi sepanjang masa.
KEHILANGAN
Hari mulai begitu muram
Hanya lantunan doa selalu bersemayam
Kalimat zikir mengalun syahdu
Hingga lupa raga pilu
Hanya ilusi terbayang selalu
Seperti puisi berpesan haru
Selamat jalan kiai panutan
Penebar selawat teruntuk junjungan
Kini ragamu telah purna
Jiwamu kembali kehadiratnya
Namun percayalah aliran doa
Akan terus mengalir tiap harinya
Seperti matahari menyinari bumi
Bermetamorfosa menjadi seorang santri
Menyirami lautan ukhrawi
Hingga kekal tertulis abadi
ODE SANG GURU
Ketika mendengar kabar dukamu
Mulut bungkam tidak bisa bicara
Hati diam lafalkan doa
Mata lebam sebab air mata
Kaki kaku tuk sekadar jalan
Tangan lemah berbau gelisah
Berdiripun dipapah
Begitu mulia raga jiwamu
Hingga banyak manusia luka
Sedih menyertai selalu
Lupa bahwa dunia sementara
Kidung cinta tebar pesona
Warisan selawat akan terus terawat