HENING KALBU
Teruntuk KH Dimyati Rois
Entah mengapa badan ini terasa lemah
Ketika melihat daun gugur jatuh ke tanah
Basah pipi aliri air mata
Menjelma duka kalbu merana
Lemas tak berdaya hanya melihat laut lepas
Di mana para nelayan taruhkan napas
Di pagi buta ini matahari tebar cinta
Kabar duka kembali terdengar daun telinga
Sosok panutan kembali keharibaan
Dengan membawa ilmu pengetahuan
Ribuan manusia kehilangan
Sebab petuahnya dituankan
Bagi kepala insan kalbu kekeringan.
BIRU JINGGA
Barangkali warna hijau sekarang terbelah
Oleh kabar duka sang petuah
Katanya warnanya mulai ternoda
Dari merah hingga jingga.
Barangkali daun jalanan akan layu
Mendengar tangis yang menderu-deru
Sebab dirimu bagaikan kitab
Yang menjadi nadi jauhi perilaku sesat
ENGKAU KH DIMYATI ROIS
Meski matahari belum menyinarkan cahaya
Tuhan tak berkehendak untuk bersua
Namun rasa kehilangan seakan menyangnga
Menusuk kalbu duka sampai jadi cita
Meski kami bukan santrimu
Percayalah doa tidak akan berlalu
Beranda banyak tampilkan duka
Tanda engkau orang mulia.
Kiai mulia perilakumu bagai kitab suci
Dijunjung tinggi dalam nyawa diri
Perkataanmu jadi peneduh
Damai bagi mereka yang suka gaduh
Hari engkau telah berteduh
Menikmati sari kebaikan hingga lusuh
Sampai setan sering mengeluh
Yaa ayyatuhannafsu Mutmainnah irji’i ila robbiki rodiyatam Mardiyah fadhuli fi ibadi wadhuli jannati.
HENING NUSANTARA
Air mata kembali mengalir
Dari hulu hingga hilir
Melukis pelangi sesenggukan
Bibir kecil kian sumbing
Katanya negeri ini sedang berduka
Hari Jumat ini sukar tuk bicara
Sebab ulama Nusantara kembali kehadirat-Nya
Hening gubuk alas kecil,