Berbicara mengenai Afghanistan, maka pikiran kita dengan mudah akan merujuk pada konflik dan kekerasan, aksi dan eksistensi kelompok ekstremis, dan gejolak regional. Keadaan kelam ini setidaknya dimulai sejak Uni Soviet mengintervensi Afghanistan dengan kekuatan militer pada tahun 1979 . Hal ini bagaikan momentum kelam yang berkelanjutan bagi masyarakat Afghanistan yang nota bene mayoritas muslim, mengingat Uni Soviet sendiri berhaluan komunis. Maka dimulailah teriakan-teriakan kesakitan, kesedihan, dan kemarahan dari masyarakat Afghanistan yang membumbung tinggi.
Intervensi (baca: penjajahan) oleh Uni Soviet terhadap Afghanistan ini berujung pada pecahnya perang militer. Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Pakistan sepakat untuk membentuk dan membiayai sebuah pasukan guna melawan intervensi Uni Soviet. Kesepakatan ini tentu mudah ditebak motifnya, mengingat pada dekade 1970-an adalah masa-masa perang dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat dan sekutunya) dan Blok Timur (Uni Soviet dan sekutunya). Kelompok yang dibentuk dan didanai atas kesepakatan ini adalah apa yang hari ini kita pahami sebagai: Kelompok Mujahidin. Dan tahun 1986 kelompok Mujahidin berhasil memukul mundur kekuatan militer Uni Soviet.
Mundurnya kekuatan militer Uni Soviet dari Afghanistan tidak begitu saja mengakhiri konflik yang ada. Momentum atau babak baru yang berdarah pun pecah, yang melibatkan kelompok Mujahidin dan pemerintahan Afghanistan yang waktu itu di bawah Presiden Najibullah. Karena pemerintahan waktu itu masih dalam setiran Uni Soviet, sehingga timbulah perlawanan dari kelompok Mujahidin. Pemerintahan Najibullah pun berhasil ditumbangkan, selaras dengan selesainya perang dingin.
Lantas di tengah proses rekrontruksi-rekonsiliasi pemerintahan baru Afghanistan pecahlah perang saudara, dalam hal ini adalah antara kelompok Mujahidin moderat yang berhasil menumbangkan pemerintahan Najibullah dengan faksi Mujahidin dari wilayah pinggiran yang keras. Faksi Mujahidin pinggiran pun berhasil menumbangkan kelompok Mujahidin moderat. Dan faksi Mujahidin pinggiran tersebut adalah cikal-bakal dari Taliban.
Taliban dan Afghanistan
Taliban dan Afghanistan adalah dua hal yang berbeda, namun sangat lekat kaitanya. Terkadang saling tumpang tindih, saling serang, atau pun selaras dalam beberapa visi. Bagaimana pun relasi antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban, rakyatlah yang selalu ketar-ketir menjadi korban. Pendeknya, pemerintah Afghanistan diisi oleh rakyat Afghanistan, dan berlaku juga pada kelompok Taliban, bahwa mereka “mayoritas” yang nota bene adalah juga rakyat Afghanistan. Dan hal ini berujung pada hegemoni pemerintahan di tanah air Afghanistan, dengan adanya dua otoritas kekuasaan besar yang menguasai dan memerintah.