Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk mayoritas beragama Islam. Sebagaimana diketahui bahwa Allah adalah sebaik-baik sutradara dan pengatur skenario kehidupan. Dalam hal ini, disadari atau tidak, antara Indonesia dengan Islam memiliki keterkaitan yang erat, terutama pada hari yang setiap tahunnya diperingati sebagai hari bahagia seluruh bangsa Indonesia. Hari teresebut adalah hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Hari di mana Indonesia menyatakan sebagai Negara merdeka di atas bumi.
Penafsiran Mbah Moen
Tak terasa usia Indonesia sebagai Negara merdeka telah 77 tahun sejak 17-08-45. Tepat pada hari ini 17-08-22 peringatan angka sakral yang ke-77. Sejauh usia ini, ternyata terdapat filosofi unik angka proklamasi Negara Indonesia. Angka sakral yang setiap tahunnya diperingati. Salah satu ulama kharismatik yang menyampaikan relevansi angka sakral Indonesia (17-08-45) dengan Islam adalah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Mbah Moen menyatakan bahwa Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallam tidak bisa membuang angka 17. Hal tersebut karena pada angka 17 terjadi Nuzulul Qur`an yang bertepatan Agustus tanggal 8. Selain itu Nabi diangkat menjadi rasul 17 Ramadan bertepatan 8 Agustus juga. Selanjutnya proklamasi Indonesia terjadi pada tanggal 17 Agustus yang bertepatan 8 Ramadan kala itu.
Relevansi lainnya angka 17 dengan Islam yang disebutkan oleh KH Maimoen Zubair adalah angka 17 sama dengan jumlah rakaat dan rukun salat. Keterkaitan tersebut juga tergambar pada filosofi lambang Negara Indonesia, yaitu Burung Garuda.
Burung Garuda memiliki sayap kanan dan kiri yang berjumlah 17. Menurut KH Maimoen Zubair, sayap yang kanan melambangkan rekaat dan rukut salat. Sementara yang kiri melambangkan pemuda. Alasan Mbah Moen melambangkan sayap kiri yang berjumlah 17 bulu dengan pemuda karena selisih tahun antara hari sumpah pemuda 28-10-1928 dengan hari proklamasi 17-08-1945. Dalam memfilosofikan hal tersebut, Mbah Moen berlandaskan pada hadis berikut:
شُبَّانُنَا الْيَوْمَ رِجَالُنَا الْغَدَ
“Para pemuda kita hari ini adalah para pahlawan kita di masa depan”
Usia 17 tahun menurut KH Maimoen Zubair usia para pemuda mencari jati diri. Pemuda usia 17 secara psikologis sudah mulai berperan dalam lingkungan keluarga maupun sosial kemasyarakatan lainnya. Usia 17-30 disebutkan secara psikologis sebagai usia krisis setengah abad kehidupan atau disebut periode quarter life crisis.
Angka Sakral 8
Angka sakral 8 berarti bulan kemerdekaan, yaitu Agustus. Mbah Moen menyatakan bahwa bahwa pada bulan tersebut Nur Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallam berpindah dari ayahnya Abdullah ke Ibundanya Siti Aminah. Pada saat itu bertepatan dengan bulan Rajab.
Relevansi lainnya yaitu anggota sujud yang ditunjukkan dengan angka 8. Menurut KH Maimoen Zubair ke-8 anggota tubuh dalam sujud itu adalah: dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, jari-jari kak kedua kaki yang menghadap kiblat, dan hati. Di sini Mbah Moen juga meyebutkan hati sebagai perangkat dalam bersujud. Hal tersebut dikarenakan hatilah yang utama, sebab percuma saja meringkuh dan merendah jika hati masih congkak dan sombong.
Kesakralan lainnya yaitu angka 8 menunjukkan pintu surga Allah. Terdapat pintu al-Rayyan bagi orang yang berpuasa, al-Shadaqah bagi orang yang bersedekah, al-Salat bagi orang yang rajin salat wajib dan sunah secara disiplin, al-Jihad bagi orang yang jihad dengan ikhlas di jalan Allah, al-Dzikr bagi orang yang ahli zikir, al-Ayman bagi orang-orang yang masuk surganya Allah tanpa hisab, al-Kaadziminal Ghaidz untuk orang yang bisa mengendalikan amarah, Babul Walid bagi orang yang berbakti kepada orang tuanya.
Angka Sakral 45
Angka terakhir proklamasi kemerdekaan adalah angka 45. Angka tersebut menurut KH Maimoen Zubair adalah bilangan banyaknya umat Islam membaca syahadat sehari semalam. Klasifikasi 45 tersebut yaitu 4 kali di waktu malam hari, yaitu salat Maghrib dan Isya tepatnya pada tasyahud awal dan akhirnya. Sementara untuk siangnya 5 kali dalam membaca kalimat syahadat yang dimulai dari salat Subuh. Ketika salat Subuh membaca syahadat hanya dilakukan pada tasyahud akhir. Selanjutnya salat Dhuhur dan Asar, membaca kedua kalimat syahadatnya ketika tasyahud awal dan akhir.
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud 45 di sisni bukan membaca sebanyak 45 kali, tetapi sebagaimana rincian di atas kalimat syahadat dalam salat yang dibaca ketika malam sebanyak 4 kali dan ketika siang sebanyak 5 kali. Angka 4 dan 5 ini jika dijumlah menghasilkan angka 9. Angka 9 dianggap oleh Mbah Moen sebagai angka yang unik.