BAYANGAN
Sudah seribu tujuh ratus tujuh puluh kali
Matahari menelanjangi bumi
Kenang di samping kapal tua
Pun tak kunjung terbawa badai
Aku benar-benar tak bisa menghapus
Bias-bias jingga lewat kecupan bulan diirisku
Kuhitung, sudah kali kesekian hujan
Mencoba menghapusnya. Tapi,
Aku masih saja memaku diri
Di bawah rindang bulu matamu
Menikmati kilau sabit
Yang menari dengan anggun di lekuk bibirmu
Merasakan betapa manikmu adalah laut
Yang ribuan kejora berenang
Di kilau jernihnya
Aku tak mampu terjun kesana
Aku hanya bayang
Gelap datang aku hilang
KEPADA ENGKAU
:mbah maimun z.
Pada akhir gerimis subuh
Tiba-tiba kuyakini
Dalam gelembung hidupku
Ada seempas nyawa yang melepuh
Sebab engkaulah pahlawan sepuh
Mbah
Sepertinya sungaimu masih membekas
Walau musim semi
Selalu mengalirkan ingatan
Yang kau cipta dari kedua matamu
Saat aku merangkul batu dan tanah keruh
Mbah
Kau adalah cair
Yang kembali membeku
Setelah kauantar langkah sunyi
Pada gerbang keabadian ilahi
Kekasihmu
RISALAH RINDU
Rindu yang merajai malam
Menjelma bait doa
Membias pesona wajah jelita nan menawan
Anganpun turut memainkan irama rindu
Pada sunyi itu
Membentuk bongkahan rasa
Bersatu dalam riak harapan
Fha
Gemuruh angin malam itu
Membawaku pada waktu penantian
Kini, aku harus meratap dalam wujud malam
Pada alunan wajah purnama
Yang melukiskan senyummu