Riyadhah Santri

86 views

Salah satu kekhasan dunia pesantren adalah riyadhah ataupun tirakat. Maka, riyadhah atau tirakat juga menjadi bagian dari kehidupan santri di pondok pesantren. Banyak jenis riyadhah yang bisa dilakukan santri, seperti salat berjamaah, puasa daud, puasa ngerowot, dan masih banyak lagi. Deretan tirakat atau riyadhah tersebut sebagai salah satu lantaran mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat.
Di sisi lain, bentuk riyadhah merupakan salah satu upaya tazkiyah atau pembersihan hati agar ilmu tidak sekadar singgah di otak, melainkan masuk di hati. Kalimat inilah yang sering diajarkan oleh guru kami sejak dulu sampai saat ini.
الجماعة ام الرياضة
Artinya: “(Salat) jamaah adalah induk dari segala riyadhah”. Itulah yang sering disampaikan maha guru kami dipesantren.

Di antara berbagai riyadhah yang ada di pesantren kami, salat berjamaah adalah seutama-utamanya riyadhah. Ibarat induk sudah didekap, anak-anaknya akan mengikuti induknya. Maka dari itu, bagi santri yang puasa ngerowot, puasa daud, dan riyadhah lainnya namun belum bisa istikamah salat berjamaah, perlu juga untuk turut jalan beriringan memperbaiki salat jamaahnya.

Advertisements

Banyak sekali solusi pada setiap permasalahan, apalagi terkait riyadhah. Untuk riyadhah puasa daud dan ngerowot, biasanya juga diawali sowan kepada guru, sehingga guru lebih tahu kadar riyadhah tersebut. Adapun, posisi salat berjamaah sebagai ibunya riyadhah. Hal ini tentu menunjukkan betapa istimewanya salat berjamaah. Bahkan, setiap bakda salat berjamaah selalu diikuti dengan wiridan. Inilah yang disebut paket istimewa.

Wirid setelah salat ada wirid yang baku dan ada pula yang tambahan. Untuk wirid tambahan biasanya wirid-wirid yang agak panjang sebagai bentuk mujahadah. Hal itu dimaksudkan sebagai benteng dan pegangan para santri dalam mengarungi samudra kehidupan dengan segala lekuk siku ujiannya.

Salat berjamaah banyak sekali keutamaannya. Bahkan yang sangat tidak asing di telinga kita adalah salat berjamaah lebih tinggi dua puluh tujuh derajatnya dibandingkan salat sendirian. Masih banyak pula keutamaan-keutamaan salat berjamaah lainnya. Saking banyaknya keutamaan dari salat berjamaah, sampai-sampai ada satu kitab khusus yang menerangkan keutamaannya, yaitu kitab Shollu Jamaah karangan Syaikh Jalaludin Abdur Rahman bin Abu Bakar As-Suyuthi.

Dari segi bahasa, kata al-jamaah bermakna kelompok, kumpulan, badan, dan masyarakat. Secara kontekstual, jika kita sebagai santri mau mengembangkan makna secara luas, jamaah juga berarti kita hidup dalam lingkaran masyarakat yang majemuk. Bahkan dalam lingkup santri sendiri terdiri dari berbagai macam suku, pemikiran, dan daerah yang berbeda-beda.

Tidak heran jika Gus Reza dari Pesantren Lirboyo pernah mengungkapkan, “Pesantren adalah miniatur Bhineka Tunggal Ika.” Di situlah sejatinya kita perlu memahami bahwa perbedaan adalah suatu keindahan untuk saling menghargai, memahami, melengkapi, dan membangun.

Dalam mengambil keputusan apapun, santri juga perlu mengingat bahwa jamaah atau kumpulan menjadi salah satu hal yang harus dilestarikan untuk membangun sebuah kesepakatan dan membangun solidaritas. Jika kita kembali mengingat hal sederhana yang diajarkan guru-guru kita semasa SD mengenai perbandingan satu lidi dan beberapa lidi yang hendak dipatahkan, kita akan mengingat kembali betapa hebat arti sebuah perkumpulan dan kebersamaan. Sehingga beberapa kumpulan lidi yang telah disatukan jauh lebih sulit dipatahkan dari pada satu lidi.

Begitu juga ketika kita menyadari betapa penting kita berpijak diera keruhnya zaman digital. Tidak sedikit komunitas Wahabi yang mencoba merobohkan keutuhan Bhineka Tunggal Ika dengan sistem khilafah atau cara-cara lihai lainnya dimedia. Tentu, kita sebagai santri perlu menyadari pentingnya berjamaah guna mengikis dan memberantas paham-paham radikalisme yang tengah berekspansi di tengah masyakarakat digital ini. Cara apapun bisa dilakukan sesuai dengan potensi masing-masing. Bisa dengan konten narasi, video, dan visual lainnya. Wallahu a’lam bi shawab.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan