RUNTUHNYA SURGA
Kala mentari pamit menyisakan noda
Aib kepada ibunda belum usai
Raga telah terpisah dengan jiwanya
Nasib malang sudah pasti mengekang
Nasihat cerah dari sang ibu
Bagai hilang ditelan pertiwi
Eloknya budi luhur tak mempan untukmu
Hingga tangan Tuhan yang maju
Sungguh hina
Kala surga yang kau impikan runtuh
Oleh kicauan sekitar yang tak bermakna
Oleh bisikan merdu sang belis durja
Riau, 5 Juni 2022.
MALAM
Hening dan tenang menyapa
Menghadirkan penat di sekujur badan
Sang baskara pamit menyisakan rasa
Saat memutar memori sehari ini
Gambaran keindahan dunia memudar
Seiring dengan kedatanganmu
Hanya ada gelap gulita tanpa rona
Temaram akan muncul setelahnya
Beberapa pertanyaan pun mencuat
Apa yang kau lakukan seharian ini?
Apakah sudah bermanfaat bagi yang lain?
Sebagai catatan hati
Riau, 14 Maret 2022.
LELAKI PENGHAPUS LUKA
Setiap mengadu kesakitan
Kau selalu merasa dan iba
Pada sudut luka yang menganga lebar
Kau basuh dengan segenap doa
Air mata berubah suka cita
Itu karenamu
Terima kasih lelakiku
Cinta pertamaku
Sandaran hidup
Tetesan peluh karenaku
Supaya mengukir lengkungan sempurna di bibirku
Wahai, Bapak
Semoga Allah selalu meridai langkahmu
Riau, 28 Januari 2022.
POJOK LUKA
Suris pisau lara menganga
Berteriak menangisi takdir
Pada pojok luka terdalam
Tak bisa terlupakan
Secarik mirat membalut rasa
Perih dengan netra tertutup
Air mata lelah mendrama
Kering kerontang bak Sahara
Berharap luntur terbasuh wudu
Dengan pintu penerimaan yang luas
Kesadaran diri yang tinggi
Pojok luka akan tertutupi
Riau, 12 Mei 2022.
Ilustrasi: Basoeki Abdullah, Jika Tuhan Murka.