SELAMAT HARI PUISI NASIONAL
selamat hari puisi nasional, kawan
apakah puisi masih di hati
ataukah sudah menjadi basi?
jika puisi masih di hatimu
mengapa kau abai pada bumi
yang ramai-ramai dirusak negara
jika puisi masih di hatimu
mengapa kau kubur kata “merdeka”
dari kehidupan bersama
jika puisi masih di hatimu
mengapa masih juga kau lupa
kata-kata bisa menciptakan kebebasan
selamat hari puisi nasional, kawan
semoga hutan-hutan terus berpuisi
semoga kota-kota menjaga hati nurani
2024.
KEPADA CHAIRIL ANWAR
Ril, apakah di bumi dangkal kau dengar
sebagian dari kita telah padam api
dan perlu dinyalakan kembali semangatmu
membakar segala kemunafikan
yang berkembang luar biasa di negeri ini
Ril, kata-kata butuh kejujuran dan berani
memilih jalan sendiri untuk tiba
pada arti kemerdekaan yang sejati
tapi jika tidak ada lagi persetujuan
seperti dengan Bung Karno dulu,
lalu bagaimana kita mau merdeka lagi?
Ril, hari ini tidak ada orang macam itu
Bung Hatta telah pergi,
Bung Karno tak mungkin kembali
sedang yang tersisa sekarang hanya
Bung yang tidak pantas disebut “Bung”
mereka sibuk merawat dinasti
daripada berjuang bagi negeri
Ril, nyalakan kembali api
bagimu negeri ini, ayo bung kembali
jangan biarkan bangsa padam
oleh keserakahan
dan tak tahu harga puisi
bagi nurani, tak ngerti harga diri
Ril, apakah di kubur kau tenang
melihat negeri ini jadi pecundang
yang nurut saja perintah cukong-cukong
dan para koruptor, yang tak mampu
berdiri sendiri
menantang batas menembus malam?
2024.
APA KABAR PUISI?
apa kabar puisi
apakah kau baik-baik saja
apakah kau masih bisa teriak “merdeka”
kepada penyair yang hanyut
dalam kehidupan anyir
apa kabar puisi
apakah kata-kata masih
setia mencari makna kebebasan
ataukah telah ditelikung kekuasaan
yang kini semakin barbar
apa kabar puisi
semoga kau betah tumbuh
di negeri yang sedang dirusak ini
semoga kau muncul kembali
meluruskan segala kebengkokan nurani
2024.
DI MANA RENDRA KINI
di mana Rendra kini
aku mencari suaranya
yang terbang seperti burung rajawali
aku menunggu pekiknya
yang menggentarkan kekuasaan sepi ini
aku ingin melihat kata-kata terbang
menggedor jendela-jendela kamar para pejabat
yang hatinya kotor dan matanya buta
tak mampu melihat manusia
di mana Rendra kini
aku rindu sekali pada sajak-sajaknya
yang dibacakan dengan kekuatan petir
menyambar sumbu nurani yang mati
di mana Rendra kini
aku mengais-ngais bekas suaranya
di antara buku-buku puisi
yang berdebu di perpustakaan bangsa ini
2024.
SAMPAI KAPAN NEGERI INI MEMBUNUH PUISI
sampai kapan negeri ini membunuh puisi
apakah sampai kiamat nanti
kita biarkan hati nurani terbungkam
apakah sampai tanah-tanah mengutuk
baru kita membungkuk memohon pada bumi?
sampai kapan negeri ini dikuasai keserakahan
apakah sampai kata-kata hilang dari kamus
apakah sampai buku-buku di perpustakaan dibakar
apakah sampai tidak ada lagi makna
yang bisa kita tangkap dari kehidupan
sampai kapan kekuasaan
membunuh kemerdekaan kata-kata
negeri melindas puisi
satu-satunya yang kita miliki
sebagai hati nurani?
astagfirullah!
2024.
KITA RAYAKAN DENGAN APA
kita rayakan dengan apa
hari puisi nasional ini
jika tidak ada lagi kebebasan
jika tidak ada lagi kemakmuran
jika kata-kata benar
dirampas tangan-tangan kekuasaan
jika para pejabat
terus menerus jadi hipokrit
dan tidak mau menjadi manusia
yang memanusiakan manusia
jika yang tersisa hanya para binatang buas
untuk apa kita merebus kata-kata
untuk apa kita tuntaskan rindu pada makna
apakah para binatang mengenal makna
sedang mereka tidak butuh kata-kata
dengan apa kita rayakan
hari puisi nasional kita
apakah dengan kehampaan
apakah dengan kehancuran?
2024.