Sabtu, 9 November 2024, adalah hari yang tak terlupakan di Pondok Pesantren Al-Imdad, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Sekali pun di luar matahari bersinar terik, namun tak membuat semangan santri Pondok Pesantren Al-Imdad, susut. Terik matahari di luar pendopo, seakan menguji kesungguhan niat para santri dalam belajar Jurnalisme Sastrawi & Penulisan Kreatif”.
Acara yang diinisiasi oleh Perpustakaan MA Unggulan Al-Imdad, Bidang ekstrakulikuler Sastra, dan Bidang Majalah, Media, dan Penerbitan MA Unggulan Al Imdad, menghadirkan narasumber Mahwi Air Tawar dan Mustafa Ismail.
Mahwi, cerpenis kelahiran Sumenep yang pernah mondok di pesantren ini, dalam pemaparannya mengajak para santri untuk menggali lebih dalam makna kehidupan mereka di pesantren.
“Santri tidak hanya memiliki fondasi dan akar literasi yang kuat,” ucapnya, “setiap detik di pesantren ini adalah potongan cerita yang menunggu untuk dituliskan.”
Kehadiran narasumber yang selama ini kompeten di bidang masing-masing memberi energi produktivitas dan kreativitas para santri. Mereka diajak melihat kehidupan sehari-hari dari sudut pandang yang baru, menemukan keindahan dalam kesederhanaan. Dalam materinya, Mahwi berhasil menyalakan api semangat dalam diri para santri, memotivasi untuk menulis kisah yang mereka alami sendiri.
Kemudian, Mustafa Ismail mengambil alih dengan keterangan yang menenangkan. “Menulis adalah cermin jiwa,” katanya, “setiap kata adalah refleksi dari perjalanan batin kalian.”
Penyair yang juga jurnalis itu menekankan pentingnya istikamah dalam menulis. Ia mengajak para santri untuk menjadikan menulis sebagai bagian dari rutinitas mereka, sebuah proses yang membantu mereka memahami diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Pada acara itu, dalam sambutannya, Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum MA Unggulan Al Imdad, Puji Astuti, menegaskan pentingnya peningkatan literasi.
“Kegiatan literasi seperti ini sangat penting,” tegasnya, “ini bukan hanya tentang menulis, tetapi juga tentang membentuk karakter yang unggul.”
Kata-katanya membakar semangat para santri, menginspirasi mereka untuk terus berkembang dan mengasah keterampilan dalam setiap aspek kehidupan.
Mar’atul Uliyah, pembina jurnalistik dan sastra, menutup workshop dengan pesan yang mendalam. “Semoga kegiatan ini menjadi nyala api yang menerangi perjalanan kalian,” katanya, “menjadi inspirasi untuk menulis tidak hanya dengan tangan, tetapi juga dengan hati.”
Harapan ini mengakhiri acara dengan penuh kehangatan, meninggalkan jejak inspirasi yang mendalam di hati setiap santri.
Dengan semangat yang menyala-nyala dan tekad yang tak tergoyahkan, Pondok Pesantren Al-Imdad melangkah maju. Mereka berkomitmen untuk terus menciptakan ruang bagi para santri untuk tumbuh dan berkembang, bukan hanya sebagai pelajar, tetapi sebagai penulis sejarah hidup mereka sendiri.