SEBUAH MEMOAR DI MAKAM GUS DUR
tak kutemukan sorak-riuh
seperti gemuruh di istana
hanya ada getar bibir yang
membuat tubuh gemetar
di sebuah nisan dan bebunga
kantuk berselamat tinggal
kepada sepasang nanar mata
menciptakan memorabilia
dedoa hanya sampai sayup
di telinga sedang di balik dada
tak ada yang bisa diungkapkan
kata-kata dan dibahasa-isyaratkan
sepasang tengadah tangan,
ucap bibir, dan tunduk kepala
merapal-melangitkan dedoa
yang bisa saja jatuh dan patah
di sini, segala seperti sia-sia:
sesuatu yang akan dihadiahkan
telah jauh hari tercukupi bahkan
mampu meluberi yang kemari
al bashiroh, 2021.
POTRET KESEDIHAN DI TENGAH KOTA
sekali lagi kita masih menjadi
sepasang lengan yang enggan
saling silang dan tolak peluk
saling dekap rapat
tak pernah tercipta desah
antara hirup-embus napas
tak pernah muncul getir-getar
kelenjar di antara kita
kau tahu, dunia semakin entah
segala sedih dibangun sedemikian
megah di tengah kota dan orang-
orang dengan bahagia memotretnya
sialnya kesedihan kita
ada di sana
tambakberas, 2021.
KEMATIAN PADA SEBUAH ANGKA
: frh
pada angka itu akhirnya tiba
kau datang dengan sedikit cemas
kau tak terlalu suka naik gunung
tetapi jalan rumahmu telanjur
menikung bergelombang memangku
nenasib yang kian di ambang kecemasan.
kotamu semakin mati dari mencintai
pun di depan rumahmu kematian
telah menanti dengan menyamar
dan tak diketahui seseorang.
jejalanan telanjur menikung, h
nenasib makin lihai mempermainkan
tetapi kau, sebagaimana jejalanan