… pemerintah yang melanggar hukumnya sendiri juga dapat dengan mudah menghancurkan dirimu. Rekan bisnismu hari ini bisa menjadi kepala penjaramu atau lebih buruk lagi keesokannya. – VS Naipaul dalam A Bend in the River.
Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memberikan pengelolaan pertambangan kepada organisasi massa (ormas) keagamaan memantik kontroversi, saya teringat pada teori dari Edward Aspinall dan cerita dari VS Naipaul. Yang pertama seorang peneliti dan ilmuwan politik dari Australia yang banyak melakukan penelitian di Indonesia. Yang kedua seorang sastrawan dan novelis dunia kelahiran Trinidad keturunan India. Melalui kacamata Aspinall dan Naipaul, kita bisa meneropong apa yang sesungguhnya terjadi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Pemberian konsesi tambang kepada ormas keagamaan, dalam kacamata teori klientelisme politik Aspinall, bisa dikategorikan sebagai bentuk lain dari money politic atau pembelian suara (dukungan). Praktik seperti ini, berdasarkan penelitian Aspinall yang tertuang dalam buku Democracy for Sale, jamak terjadi di seluruh Indonesia, dari tingkat pusat hingga daerah. Betapa program-program pemerintah di pusat dan di daerah, betapa sumber-sumber dan akses kekayaan negara di pusat dan di daerah, dibagi-dibagikan begitu saja untuk dan demi pendulangan suara, alias untuk kepentingan politik golongan, alih-alih untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Melalui kacamata Naipaul, kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi sungguh mengkhawatirkan. Novel A Bend in the River karya Naipaul mengisahkan apa yang terjadi di Afrika Tengah pasca-kolonial. Novel itu bercerita, untuk kepentingan politik penguasa, sang penguasa selalu mengubah-ubah peraturan atau undang-undang sesuai selera dan kemauan, dan jika perlu dilanggarnya sendiri. Dengan begitu, yang hari ini menjadi kawan dalam satu barisan, lain hari bisa ditempatkan di seberang barisan sebagai lawan. Naipaul sampai berkesimpulan, pemerintah atau penguasa adalah rekan bisnis yang buruk. Sebab, ketika titah dan arah angin berubah, rekan bisnisnya akan dihancurkannya.
***
Di Indonesia, penambangan atau eksplorasi sumber daya alam memang bisnis yang sangat luar biasa menggiurkan. Karena itu, selain menjadi tulang punggung keuangan negara, wajar jika di sana juga menjadi episentrum persekongkolan dan korupsi. Belum lagi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi yang tidak terkendali. Dan itulah yang selama ini terjadi. Contoh terbaru adalah kasus korupsi tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung yang nilainya ditaksir mencapai Rp 271 triliun.