“Assalamualaikum warahmatullahi wabarrakatuh. Selamat malam ukhti-ukhti semuanya. Nama saya Runa. Asal kota Bandung. Alasan mondok di sini karena direkomendasikan sama ustaz saya,” kata gadis berkerudung pink fanta itu.
“Malam juga ukhti Runa. Hua-ha-ha-ha-haaa,” teriak seorang santri di pojok belakang diiringi gelak tawa hampir seluruh isi kelas.
Runa yang awalnya terlihat ceria karena ditunjuk pertama oleh sang ustaz untuk memperkenalkan dirinya, mendadak sedih karena gelak tawa teman-temannya. Ada rasa marah, malu, dan campur aduk menjadi satu. Batinnya berontak, kenapa semua teman-teman barunya yang ada di kelas 1 Tsanawiyah C ini menertawakan dirinya.
“Sudah, sudah… Kok malah ditertawakan. Bagus, loh, Runa sudah mau memperkenalkan dirinya pertama kali,” kata Ustaz Farhan selaku wali kelas mereka.
Runa hanya menunduk, tapi hatinya tidak takluk. Dia memang tipikal orang yang bisa keras dengan keadaan. Sehingga perkataan yang akan membuat hatinya terpatahkan, tidak akan ia hiraukan.
Runa duduk bersebelahan dengan seorang gadis cantik bermata sipit.
“Hai Runa, aku Mela,” gadis itu memperkenalkan diri dengan sopan. Diiringi dengan uluran tangan, dia tersenyum dengan sangat menawan.
“Iya, Mela. Salam kenal. Mela darimana?” jawab Runa antusias. Di mata Runa, Mela terlihat berbeda dibanding dengan santri-santri yang lainnya. Dia terlihat anggun dengan setelan sarung pink gloyor, atasan tunik putih polos, dan kerudung pink dengan sedikit renda di pinggirannya.
“Aku dari Cilacap, Runa. Tau ndak? Hee.”
“Belum tuh. Jauh ndak dari sini?”
“Ya sekitar dua jam kalau naik motor. Kapan-kapan main, ya, ke rumah.”
“Wah, masyaallah, insyaallah, ya. Semoga diberi sempat oleh Allah untuk bisa shilaturahmi ke sana.”
Ternyata Mela adalah santri pindahan dari pondok pesantren di Jawa Timur. Ia memilih melanjutkan studi di Purwokerto karena baru saja diterima menjadi mahasiswa baru di sebuah universitas Islam di sini. Sama halnya Runa. Keduanya adalah mahasiswa baru prodi Pendidikan Agama Islam. Perbincangan keduanya berhenti sementara karena kontrak pembelajaran di kelas sedang dibacakan oleh Ustaz Farhan. Semua santri fokus mendengarkan penjelasan, dan beberapa mencatat di buku masing-masing yang masih kosong.