Sukamti adalah salah satu perempuan di kampung kami yang paling takut dengan Corona. Jarang sekali dia keluar rumah semenjak pandemi ini merebak. Ke mana-mana, dia selalu membawa hand sanitizer. Orang-orang yang mengajaknya bicara selalu ia semprot dengan cairan itu. Istriku bahkan sampai mencak-mencak karena disemprot ketika menyapa perempuan itu di tepi pasar saat belanja buat masak acara mauludan kemarin.
“Regone lombok pir…” sapaan istriku terhenti di tenggorokan karena Sukamti menyuruh stop sambil menodongkan telapak tangan.
“Jangan bicara dulu sebelum saya semprot!” tukas Sukamti lantang dan tegas seraya mengambil semprotan di saku roknya.
Srooottt! Seketika semprotan itu menyerang muka glowing istriku. Mendadak jengah, dia langsung mengajakku pulang tanpa menyapa Sukamti lagi. Istriku kubonceng sambil ngomel sampai setibanya di rumah.
“Mosok raiku glowing ngene disemproti, Mas?” dengusnya sambil bersungut-sungut.
Tidak hanya hand sanitizer, Sukamti juga tak pernah lepas dari masker. Husna, putri semata wayangnya yang masih berada di pesantren, ia ajak pulang bahkan sebelum pemerintah memberlakukan lock down, PSBB, physical distancing, dan kebijakan-kebicakan lainnya.
“Lebih baik pulang sebelum waktunya, daripada tak pernah bisa jumpa lagi dengan keluarga,” begitu kilah Sukamti tatkala menanggapi bisik-bisik tetangga yang ramai di grup WA yang mencibir perihal ketakutannya pada virus Corona.
Beberapa hari yang lalu ia mengurungkan niatnya membeli sayur lantaran diketahui ternyata penjualnya tinggal se-desa dengan salah seorang pasien Corona. “Lebih baik makan sayur kemarin daripada risiko kena Corona,” gumamnya.
Dan cerita terakhir seputar Sukamti yang paling viral di kampung kami adalah kejadian sekitar semingguan yang lalu. Suaminya adalah sopir Pertamina di kota yang jarang pulang. Saat itu dia sedang menengok tanaman hias di dekat rumahku. Istriku juga nimbrung di situ, menyaksikan tingkah Sukamti yang berlebihan.
Ketika HP-nya berbunyi tulalit-tulalit ,Sukamti lekas menengok HP. Senyumnya merekah.
“Suamiku mau pulang, Yu Nem, Yu Yah,” celetuknya, tanpa melepas senyum.
Namun, tiba-tiba perempuan bermuka jemblem itu jatuh tersungkur. Ibu-ibu yang ada di situ seketika terkejut. Lantas istriku melihat layar HP yang masih menyala, yang memperlihatkan isi percakapan pesan dengan sang suami.
“Aku pulang membawa Corona,” begitu kata suaminya disertai emoji lope-lope.
Usut punya usut, ternyata suaminya baru membeli sedan Corona yang dijual murah oleh pemiliknya.
Istriku lantas bilang padaku, “Yu Nem terbahak-bahak malahan, Mas; melihat Sukamti pingsan. Suaminya pulang bawa mobil keluaran Toyota Jepang yang bagus itu bukannya senang, malah pingsan.”
“Mana yang lucu, kok tertawa?” sahutku.
“Mas iki piye. Ya, tanya sama Yu Nem sana!”
Sukamti dan Corona
11 views