SURAT KECIL UNTUK TUHAN
Ya, Rabb!
Aqsha-Mu, kiblat kami pertama dulu
Kini sering kotor di mana-mana
Orang-orang berseragam loreng itu
Masuk masjid tak lepas sepatu
Kubah kuningnya tampak kusam
Bahkan nyaris serupa awan hitam
Tentara-tentara dengan wajah masam
Debu, bubuk mesiu, dan serpihan Meriam
Ya, Rabb!
Palestina-Mu, tanah yang Kaujanjikan
Kini serupa panggung pertunjukan
Ada antagonis dan protagonis
Yang satu apatis, lainnya menangis
Orang-orang mati di tanah airnya sendiri
Setiap detak detik jam, tanpa henti.
PENGADILAN AGUNG
Ya, Tuhan!
Ya, Hakim!
Kami tak berani bertanya keadilan-Mu
Di hadapan semesta yang begitu agung
Kami juga hina untuk memberi saksi
Sebab, Kau Maha Tahu segala isi
Isi yang kosong, kosong yang isi.
Kami hanya muak kepada hamba itu, Tuhan
Yang tak menghamba kepada-Mu
Kami gemetar melihat hamba yang lain
Meneriaki nama-Mu – menelan peluru – lalu bisu
Ya, Tuhan!
Ya, Karim!
Di depan pengadilan agung-Mu
Kami berharap air mata itu tak lagi beraroma mesiu.
SELONGSONG PELURU
Seorang anak kecil,
Termenung di bawah reruntuh bangunan
Hati bertanya, apa yang ia pikirkan?
Barang kali bonekanya hilang
Atau teman yang usil,
Mengambil bola kesayangannya.
Tidak!
Seorang tua membentakku dekat kuping
Ia kehilangan seorang ibu, kali ini nadanya pelan
Kulihat lamat wajah si tua,
Mirip dengan wanita yang digotong tadi pagi
Bedanya, wajah itu sedikit hancur
Lalu ia berubah wujud
Menjelma selongsong peluru
Yang digenggam anak itu.
DI SEBUAH GARDU