TAKHALLI
kuempaskan bayangmu ke dalam jurang
biar kosong memeluk,
di situ aku hidup.
Kairo, 2024.
TAJALLI
seperti kabut yang menelan pagi,
kau tak teraba—hanya terasa dalam sunyi
mengurai jarak yang tak tampak,
aku berjalan di atas waktu yang runtuh
meninggalkan sisa-sisa langkah
yang tak pernah aku tahu, ada atau tiada.
di ujung bisu,
ketika tak ada lagi bentuk atau warna
hanya kilatan kecil yang singgah,
mengisyaratkan
di mana aku berhenti
dan yang tak terlihat,
terang.
Hay Sayyidah―Kairo, 2024.
TAHALLI
kubalut tubuhku
dengan debu,
biar sinarMu
luruh dalam luka
yang kuterima tanpa surut.
tak ada pintu yang tertutup—
aku menantang badai yang kaubawa
di ujung malam yang memerah
seperti bara yang menyala di bawah kaki.
aku berdiri
di atas api
dan tak lagi jatuh.
Kairo, 2024.
DI QAFARA
Kapal kayu berlayar mati,
diam di atas tanah sunyi—
Kau terjebak tepat di antara ‘waktu’.
Pelabuhan tak lagi menyuara,
langit Kairo, retak di balik doa,
kutuk laut tak sampai ke tepian kota.
Kau, yang memecah ombak
Mati-mu hidup, hidup-mu hilang,
seperti debur ombak
yang tak bisa lagi menggenang,
mencari rumah di antara ruas bintang.
Kapal itu, tubuh kayu,
dikelilingi doa-doa yang tak selesai
di sinilah, jalan awal akhir
bertemu.
Kau tak kembali ke laut,
tak juga tinggal di darat,
hanya diam di antara detak angin
yang tertiup cepat.
Kapalmu berlabuh
di tempat yang tak mengenal arah—
menghadirkan kita,
sejauh-jauhnya yang pernah.
Kairo, 2023.