Ternyata Sahabatku Anak Presiden

290 kali dibaca

Belum lama ini, para siswa kelas 5 SDIT Al-Jihad Pedes, Karawang, Jawa Barat, mengikuti mata pelajaran (mapel) Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di bawah bimbingan guru Asep Wahyudin.

Salah satu tugas mapel P5 adalah menulis fiksi. Tujuannya menumbuhkan kemampuan anak-anak menulis fiksi. Pada tahap awal siswa diajarkan melukis dengan kata-kata, seperti melukiskan suasana pasar, sekolah, statsiun, dan lain-lainnya. Kemudian, siswa diminta menulis akhir sebuah cerita. cerita awalnya ditulis oleh gurunya, diajarkan juga menggambarkan watak dan tokoh, membuat alur cerita, dan menentukan judul. Sebelum diarahkan pada tema Bhineka Tunggal Ika sesuai dengan tema P5, pada tahap awal siswa diminta menulis fiksi mini bebas berdasar imajinasinya. Berikut adalah sebagian karya yang ditulis mereka, dimuat secara utuh tanpa sentuhan editing.

Advertisements

Rumah Angker
Karya: Zahra Azisi

Pada suatu hari ada seorang cewek bernama Klarin, dia pindahan dari kota Jakarta  ke Desa Pelatan, sebuah desa yang masih sepi, dia pindah karena dipindah tugaskan sebagai guru. Setiba di desa itu dia langsung membersihkan rumah yang akan dia tempati, rumah itu sangat kotor, karena sudah lama tak ditinggali.

Dan akhirnya saat larut malam dia ingin memasuki kamar tidurnya, tetapi sayup terdengar suara Perempuan

“Pergi….pergi..pergilah!”

Karena ngantuk Klarin pun tak menggubris suara itu, buru-buru saja dia masuk kamar dan tertidur.

*****

Ketika pagi, Klari bergegas mau mandi, tapi di kamar mandi dia melihat sesosok wanita berambut panjang, Klarin pun membatalkan rencana mandinya dan bergegas pergi ke mini market. Melihat Klarin datang dengan ketakutan. Kasir mini market itu langsung bertanya

“Mbak ini orang baru ya?”

“Iya, ada apa ya?”

“Tinggal di mana?”

“Tinggal dirumah yang dekat warung seblak.”

“Rumah kosong itu! Itu kan ada penunggunya, mbak nggak diganggu!”

Klarin kaget dan terdiam cukup lama. Lalu dia mendengar suara sangat jelas ditangkap telinganya

“Pergi, pergiiiilah, ini rumahku!”

****

Ternyata Sahabatku Anak Presiden
Karya: Abimanyu Agneba

            Di suatu hari aku dan sahabatku pergi ke sekolah, kami duduk satu meja dekat jendela, sahabatku ini namanya Rusli, bila istirahat kami selalu pergi bersama ke kantin, terlihat dia selalu banyak bawa uang.

“Uang jajanmu banyak ya Rus?” tanyaku.

“Nggak kok, aku Cuma dikasih uang lebih aja sama orang tuaku.”

Aku belum pernah ke rumahnya, hingga pada suatu hari aku harus ke rumahnya karena ada kerja kelompok. Ternyata dia punya rumah yang sangat besar, aku pun terkejut! Kata pelayan yang ada di rumahnya, Rusli adalah anak Presiden. Aku merasa heran, karena selama ini Rusli tidak pernah cerita.

Rumah Untuk Nadin
Karya: Gevia Revanya Muttahar

Pagi ini Nadin akan pergi ke sekolah, dia sudah bersiap untuk  berangkat dengan dijemput oleh Sang Abang yang sudah berpisah rumah karena abangnya ikut dengan ayah dan Nadin ikut bersama sang bunda. Sebenarnya abang Nadin Sangat benci kepada Nadin, karna menurutnya Nadin adalah orang yang menghancurkan hidupnya seperti pecahan kaca.

Saat abangnya sudah sampai di depan rumah dia hanya menunggu di luar pagar. Saat Nadin keluar dia hanya berucap “Ayo naik” dan Nadin pun langsung naik membonceng.

Sesampainya disekolah abangnya langsung tancap gas. Di sekolah teman Nadin hanya  punya satu teman, itu pun kakak kelas, sedangkan Nadin kelas sepuluh, mereka bertemu hanya pas jam istirahat, Ketika bertemu pun mereka tak terlihat ngobrol apalagi bercanda. Setelah jam istirahat selesai mereka pun berpisah dan Kembali ke kelas masing-masing.

Ketika jam pulang sekolah, Nadin tidak dijemput abangnya, dia naik angkutan umum. Saat tiba dirumahnya. Nadin melihat bendera kuning terpasang di depan rumahnya. Dia langsung melangkah masuk diantara orang-orang yang melihatnya. Di ruang Tengah sudah ada sesosok terbaring kaku berselimun kain batik. Nadin duduk bersimpuh dan membuka kain yang menutupi bagian kepalanya.

“ Bundaaaaaa!” Jerit Nadin sekencang-kencangnya.

“Ini semua, karena kamu!” Seru Abang Nadin penuh amarah

“Salah aku!” Nadin terlihat bingung.

Tak sempat menjawab, Abangnya langsung diseret ayahnya masuk kebelakang. Hingga bunda Nadin dimakamkan pun, taka da penjelasan apapun darin abangnya kenapa dia begitu membenci Nadin.

***

Sepeninggal bundanya, teman Nadin itu pun mendadak hilang, di cari ke kelasnya pun tidak ditemukan. Karena yang dicari Nadin memang tak pernah ada. Hanya ditemukan data kalau siswi itu pernah ada, tapi sudah meninggal. Yang mengejutkan nama orang tuanya sama seperti nama orang tua Nadin.

****

Legenda Pedang Aura Hitam
Karya: M Idris Al Hamid

Pada zaman dahulu, ada para penjahat yang menguasai kampung. Warga kampung sering kena palak olehnya, tapi untunglah ada Pengendali Pedang Aura Hitam, Sang Pengendali Pedang ini sangatlah dermawan, dia suka memberi makan warga yang kesulitan mendapat makan dan menolong mereka yang kena palak penjahat kampung.

Pengendali Pedang kebingungan menghadapi para penjahat, karena bila ia berhadapan dengan para penjahat, bisa-bisa mereka akan menyerang warga kampung secara membabi-buta dan itu bisa membuat banyak yang binasa bahkan kampung bisa dibakarnya. Saat dalam kebingungan itu, tiba-tiba ada sebuah cahaya di tempat pelatihan ninja, hingga  pengendali pedang menghampiri sumber cahaya itu.

Pengendali pedang teringat apa yang pernah dikatakan ninja.

“Kalau kau kenapa-kenapa, panggil aku!”

Lalu dia pengendali pedang pun meminta bantuan kepada ninja untuk melawan para penjahat. Ninja pun menerima permintaan pengendali pedang. Dan mereka membuat strategi untuk melakukan perlawanan.

Keesokan harinya mereka menyerang dengan strateginya. Pertama yang mereka serang adalah ketua para penjahat. Lalu ketua penjahat berkata.

“Kalian mau melawan maka seluruh kampung aku bunuh!”

Pengendali Pedang dan Ninja hanya menanggapi dengan tertawa.

Pertempuran pun terjadi, hingga Pengendali Pedang Aura Hitam berhasil membunuh ketua para penjahat. Kemudian anak buah penjahat berniat akan membunuh warga, tapi ternyata taka da satu pun warga, karena sudah disuruh menyingkir oleh Pengendali Pedang. Lalu mereka pun ketakutan dan Pengendali Pedang dan Ninja pun menyerang hingga para penjahat kewalahan dan menyerah.

Penjelajahan
Karya : Azzharul Ilham Aidil Yusuf

Aku Bersama  teman-temanku akan menjelajah tujuh benua, beragam wilayah akan kami jelajahi, es, padang pasir, laut, hutan Amazon, gunung, kota bahkan perkampungan yang paling terpencil. Pertama kami akan ke Antartika lalu menemukan beruang kutub, rubah es. Kemudian kami pergi ke padang pasir, menghindari badai pasir dan juga ular pasir yang sangat berbahaya.

Berikutnya kami menyelam ke dalam lautan dan melihat makhluk yang memangsa ikan paus serta cumi-cumi raksasa dan itu adalah Megalodong. Kemudian aku melihat Megalodong dan mosasaurus sedang bertarung, lantas kami pun pergi meninggalkan lautan dan pindah ke hutan belantara.

Di hutan kami melihat elang raksasa dan gajah yang sedang tertidur. Tak lama kemudian kami menelusuri hutan Amazon dan melihat hewan eksotik seperti buaya, ikan piranha, katak sapi dan anaconda. Setelah dari hutan Amazon kami terbang dengan pesawat, tiba-tiba ada peristiwa tidak terduga, kami melihat seekor megasus sedang terbang dengan elang raksasa. Kami takjub bisa melihatnya.

Ketika tiba di gunung, kami melihat kawah dan lahar yang mengalir, ada juga rusa bertanduk indah dan pohon-pohon besar dengan burung-burung yang bertengger sambil berkicau, juga monyet-monyet yang bergelantungan.

Setelah terjebak di hiruk-pikuk kota dan terlelap dalam sepinya desa yang ada di pelosok negara. Kami pun pulang karena besok mau sekolah seperti biasa.

Asal-Usul Danau Toba
Karya: Meisha Zahwa Azzahra

Pada suatu hari, ada seorang pria Bernama Toba, dia pergi ke Sungai untuk memancing ikan untuk dia makan. Tapi setelah memancing cukup lama, belum juga ada ikan yang dia dapat, hingga saat sore hari barulah dia mendapat seekor ikan mas. Toba sangat senang dan dia pun pulang dengan riang gembira. Kemudian setelah menaruh ikan hasil memancingnya, dia pergi ke ladang untuk mengambil kayu bakar. Sampai larut malam barulah dia kembali ke rumahnya.

Hendak saat membakar ikan, ternyata ikan mas itu sudah hilang dan dia malah menemukan seorang wanita cantik yang Nampak kebingungan.

“Kamu siapa?” tanya Toba.

“Aku adalah ikan mas yang kamu dapatkan!”

“Ikan mas?”

“Aku jadi ikan mas karena dikutuk seseorang!”

Karena malam sudah larut, maka Wanita jelmaan ikan mas itu menginap di rumah Toba.

****

Ketika pagi tiba, Toba dan Wanita yang dikutuk jadi ikan itu terlihat sedang ngobrol diteras rumah.

“Hmmm, apakah dia mau menjadi istriku?” kata Toba dalam hatinya.

Tapi meski Toba hanya bicara dalam hati, Wanita itu bisa mendengarnya. “Iya saya mau, tapia da syaratnya!” ujarnya sambil tersenyum.

Toba pun kaget, tapi dia buru-buru menyadari kalau wanita itu bukan manusia pada umumnya. “ Apa syaratnya?” tanya Tobba.

“Tapi kamu janji tidak melanggarnya!”

`Aku janji tidak akan melanggar.

Wanita itu menjawab “syaratnya kamu jangan bilang aku adalah ikan!”

Toba menyanggupi syarat itu.

Mereka pun menikah. Tak berselang lama Toba sudah mempunyai anak dari Wanita Hingga pada suatu hari, Toba  berkerja ke ladang lalu istrinya pun menyuruh anaknya untuk mengantar makanan, tetapi anaknya  menolak, setelah dibujuk  akhirnya dia mau. Tetapi dia bermain dulu bersama hewan di hutan. Tak berselang lama anaknya pun lelaparan dan memakan makanan untuk ayahnya.

Dan akhirnya anaknya sampai juga ke tempat Toba, lalu Toba bertanya,

“Kamu mau makan nggak?”

“Tidak ayah, saya sudah kenyang.”

Lau Toba pun membuka timbel yang dibawa anaknya, tapi dia cukup kaget melihat timbelnya tinggal sedikit. Toba pun marah

“Dasar kau anak ikan!”

Anaknya yang mendengar langsug kaget dan menangis dia pun berlari menemui ibunya. Sesampai di rumanya dia langsung menemui ibunya.

“Bu, benarkah saya anak ikan?”

“Bukan, kata siapa nak!”

“Ayah!”

Mendengar jawaban anaknya, ibunya menyuruh anaknya naik ke atas bukit dan anaknya pun menurut dia naik ke atas bukit sambil menangis. Tiba-tiba ada angin kencang, huan badai dan banjir. Ibunya pun mencoba berdiri di atas batu, tapi tiba-tiba dia berubah menjadi ikan. Toba yang berada di ladang pun terseret banjir dan tenggelam bersama istrinya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan