Orang bilang, zaman ini pencuri sudah lebih cerdik dari polisi. Pencuri tampak berevolusi dari waktu ke waktu. Kini para pencuri telah memakai otak kepalanya menjalankan aksinya. Mereka kian berkembang dan berlomba-lomba untuk menjadi pencuri andal.
Sedang polisi, tampaknya kecerdikan yang dimilikinya dari hari ke hari semakin melorot saja. Di antara mereka banyak yang ditipu oleh penipu. Bahkan, dicuri oleh pencuri. Mereka terlihat dungu di hadapan para politikus, namun sok pongah kala di hadapkan dengan pencuri. Mereka bersikap seolah detektif piawai dalam mencari jejak pencuri. Akan tetapi, acap kali kasus ditutup karena tak berjejak.
Tak heran apabila polisi zaman ini seperti itu. Sebab, banyak yang jadi polisi dengan menggunakan uang sogokan. Bermodal orang dalam dan uang ratusan juta, mereka bisa dengan gampang masuk ke ranah kepolisian. Hal-hal seperti itu memang masih ada di negeri ini. Polisi pun cari pengganti uang sogokannya dengan cara merampas uang rakyat. Maka, uang perdamaian saat tilang pun jadi bisnis. Dan tanpa surat perintah operasi, polisi akan berkeliaran di jalanan. Mereka seperti serigala yang mencari mangsa.
Kata orang, pencuri dan polisi bagai tikus dan kucing. Keduanya harus gesit dalam bertindak. Tikus harus berlari tangkas, kalau tak mau diterkam oleh kucing. Begitupun dengan kucing, ia harus berlari lebih kencang kalau tak mau mati kelaparan. Hidup memang adalah perlombaan. Siapa lemah, ialah yang disingkirkan.
***
Nyanyian binatang malam mulai menciptakan hiruk-pikuk di perkampungan. Angin senantiasa menerpa dedaunan agar ikut bergoyang-goyang. Bulan serupa perahu yang tegap dan tak goyah. Di sisi bulan, ada beribu gemintang yang menemani. Malam setengah larut, para pemuda berkumpul di pos ronda.
Ada sekitar lima orang yang berjaga malam ini. Masing-masing membawa sarung dan satu senter. Di antara mereka, ada yang sudah menudungkan sarungnya ke tubuhnya. Angin malam ini memang menciptakan kedinginan. Jadi tak heran, apabila tubuh mereka agak menggigil.