Bulan Ramadan tidak lekang dengan berbagai peristiwa bersejarah. Bulan penuh kebaikan ini menjadi bulan yang penuh berkah bagi kita yang melaksanakan niat baik serta mengejar pahala sebagai bekal di hari akhir. Setiap peristiwa yang terjadi di bulan Ramadan telah tercatat oleh sejarah dan tak akan lekang oleh waktu.
Salah satunya adalah peristiwa turunnya Al-Quran atau biasa disebut dengan Nuzulul Quran. Peristiwa ini terjadi pada malam tanggal 17 Ramadan, yaitu ketika wahyu pertama disampaikan kepada Nabi Muhammad oleh Malaikat Jibril di Gua Hira. Ayat yang pertama turun adalah ayat 1-5 surah Al-Alaq.
Di lingkungan desa, masyarakat memaknai Nuzulul Quran dengan perayaan sedemikian rupa. Tradisi penyambutan turunnya Al-Quran ini sudah menjadi kebudayaan yang tidak akan ditinggalkan oleh masyarakat dan diwariskan secara menurun dari generasi ke generasi.
Masyarakat memaknai ayat Al-Quran dengan mengadakan khataman atau khatmil quran yang dilaksanakan di masjid pada hari ke-16 puasa. Kegiatan ini dimulai setelah salat subuh dan akan berakhir sebelum salat dhuhur.
Masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan seperti ini sangat dianjurkan untuk datang ke masjid. Mereka akan membaca Al-Quran secara bergantian dengan menggunakan pengeras suara. Hal ini menjadikan suasana semakin meriah dan namun khidmat sehingga kita bisa mengenang betapa Al-Quran turun dengan sangat mulia di bumi ini. Pembacaan khatmil quran ini biasanya dilakukan oleh kaum wanita, namun tidak sedikit masyarakat desa yang melakukannya dengan mengikutsertakan kaum Adam.
Setelah pembacaan khatmil quran selesai, pada malam hari akan diadakan kondangan. Para wanita akan memasak di rumah mereka masing-masing dan di bawa ke masjid untuk kemudian berdoa bersama. Masakan ini disebut dengan berkat atau brekat. Ada juga sebagian masyarakat yang menyebutnya dengan ambeng, dengan harapan di setiap syukur akan sebuah perayaan mereka akan mendapat berkah dari Sang Maha Pencipta.