KH Ali Yafie wafat pada Sabtu (25/2/2023) di usia 96 tahun, usia yang sangat senja bagi standar usia rata-rata manusia. Apa rahasianya sehingga beliau bias berumur sepanjang itu? Helmy, putra beliau menjawab, bahwa hal itu kemungkinan besar dipengaruhi oleh aktivitas beliau menelaah Al-Quran serta kitab kuning yang sangat instens ditambah pola pikir beliau yang positif terhadap segala sesuatu.
Kajian tentang pengaruh aktivitas membaca terhadap peremajaan sel sudah banyak diteliti. Pun juga diteliti betapa orang yang terus membaca, kepikunan tidak gampang datang bersarang. Ketia Tempo mewawancarai beliau, tahun 2010, wartawan koran itu mengabarkan bahwa di usia 84 tahun, Kiai Ali Yafie masih mendengar dengan jernih dan bericara fasih. Beliau juga terus mengikuti perkembangan informasi dan isu aktual. Terlihat jelas bagaimana dia menjawab pertanyaan si wartawan dengan lugas dan pas.
Kebugaran pola pikir Kiai Ali Yafie pun terlihat jelas ketika Kiai Husein Muhamad mengunjungi beliau sepuluh tahun kemudian, saat beliau berusia 94 tahun, dan masih berduka sebab ditinggal pergi Nyai Aisyah, istri tercinta. Dalam pertemuan ini, kiai pembela kaum hawa itu, membicarakan hal-hal berat yang membutuhkan pikiran terasah. Kiai Ali Yafie ternyata masih piawai mengimbanginya. Tajamnya pikiran beliau, kendati pun tidak panjang diutarakan secara verbal, masih tajam sehingga analisisnya terhadap satu persoalan sangat substantif.
Misal, tentang Pancasila. Kiai Husein mengajukan empat pilihan kepada beliau. Pertama, apakah Pancasila sesuai dengan Islam. Kedua, Pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Ketiga, Pancasila bukan Islam. Keempat, Pancasila adalah esensi Islam. Kiai Ali Yafie memilih opsi keempat bahwa Pancasila adalah esensi ajaran Islam.
Elaborasi alasan atas pilihan beliau sebenarnya sudah banyak dijabarkan oleh berbagai kalangan bahwa sila pertama selaras dengan ajaran tauhid dalam Islam. Sila kedua terkait erat dengan kemanusiaan yang diperjuangkan Islam. Sila ketiga mengusung persatuan di mana Islam sangat menganjurkannya. Sila keempat berkorelasi dengan ajaran Islam yang bertitik tumpu pada maslahatu ‘ammah serta urgensi musyawarah dalam memecahkan persoalan dan memutuskan satu. Sedangkan sila kelima adalah nilai keadilan yang diwajibkan oleh Al-Quran, tidak hanya bagi saudara seiman dan teman sejawat, tapi juga pada lawan.