Pesantren merupakan salah satu kawah candradimuka dalam mendidik santri, lebih-lebih di tengah maraknya teknologi yang canggih dan serba instan. Pendidikan yang ditanamkan di pesantren memberikan pengaruh positif dalam diri santri secara komprehensif, meliputi cara bersosial, beretika dengan yang lebih tua, dan seni berkomunikasi sesama maupun dengan para guru.
Kondisi demikian dipengaruhi tidak lain dengan hadirnya sosok kiai/guru/pengasuh yang menjadi role model dalam menjalankan aksentuasi kehidupan pesantren sebagaimana mestinya. Role model yang dilihatnya membawa segenap santri meniru tingkah laku serta gaya sosok yang ada pada diri pengasuh pondok. Kondisi demikian mengantarkan santri mencapai titik puncak kesuksesan dalam berakhlak sebagai seorang santri.
Seperti halnya sosok Dr KH Ahmad Siddiq SE, M.M, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging Mojokerto, Jawa Timur. Di tangan Abah Kiai Siddiq, sapaan KH Ahmad Siddiq, Pesantren Nurul Islam pelan-pelan mampu membentuk akhlak santri yang berkualitas, mampu mengimbangi kondisi zaman serta tetap memegang teguh nilai-nilai pesantren seperti yang sudah ditetapkan.
Seperti yang sudah jamak dipahami bahwa pendiri Pondok Pesantren Nurul Islam Pungging Mojokerto ini mengambil pola pembentukan karakter santri dengan menggabungkan metode salafiyah terintegrasi dengan kurikulum pendidikan nasional yang unggul. Dengan begitu, Pondok Pesantren Nurul Islam tidak hanya sebagai institusi pendidikan semata, melainkan juga sebagai lembaga kepelatihan, keilmuan, bimbingan keagamaan, pemberdayaan masyarakat, dan pada gilirannya menjadi simpul budaya.
Dalam tulisan ini, saya mencoba mengulas bagaimana pemikiran Abah Kiai Siddiq sebagai pengasuh sekaligus ulama Mojokerto yang intelek. Dalam beberapa kesempatan ceramah, Abah Kiai Siddiq mengulas tentang trilogi pemikiran khas Nurul Islam, yaitu olahrasio, olahrasa, dan olahraga.
Ketiga konsep trilogi semacam itu ditanamkan sedini mungkin kepada segenap santri baru secara khusus dan seluruh civitas akademika Nurul Islam dari berbagai jenjang pendidikan. Dalam konteks akademis, ketiga konsep tersebut mencerminkan bagaimana Abah Kiai Siddiq menggabungkan aspek rasional sebagai panglima dalam melihat realitas kehidupan dengan menekankan aspek intuisi yang tertanam pada diri santri melalui olah tirakat maupun aurod- aurod khusus yang dibaca setelah salat dengan tetap menanamkan bahwa kesehatan menjadi sangat penting dalam menggabungkan semuanya.