HIJAIAH PESANTREN
Kerucil santri mengaji malam ini
Menelisik hijaiah yang mengambang
Hiruk pikuk tawa menyambar puri masa

Rusuk angin mata menyihir tabir waktu
Pagar menyusun bayang-bayang
Selaju sepeda tua ke arah utara
Biar, biar riang anak mengaji,
Diam bangga mengamati santri mengaji
Bersalam sapa tawa dalam jumpa asma Tuhan
Sumenep, 6 September 2021.
SERBAN KIAI
Harum kirmizi minyak wangi
Putih baju berserban merah
Ia, bersemadi dalam puisi
Langkah tubuh merasuk langit
Gerak-gerik tabah menyublim
Terbata malam mencubit tubuhnya
Ke mana ia pergi bersama santrinya
Mencoba terbang serupa bayang semu
Resital doa tersusun dalam tawanya
Sumenep, 6 September 2021.
RIANG SANTRI
Tertulis kisah seribu tabah
Riang santri tak pernah usai
Menyerupai rama-rama pagi hari
“Kenapa kalau kita terbang, melaju
ke jalan jumpa ke jarak asma-Nya”
Suaranya menyelinap di batang kayu
“Biarkan ia pergi mengejar jejak,
menggempur sajak-sajak yang merangkak”
Tukas angin membalas tawa-tawa malam
Sumenep, 6 September 2021.
DI TERAS PESANTREN
Orang-orang lalu lalang
Mengantar jumpa asmara
Gurindam bagai suara-suara
Yang keluar dari oktaf nada
Malam berpuisi, ia berilusi
Menyusun enigma setengah gila
Ada yang pulang mencari kata
Ada yang tandang menari riang
Di teras pesantren, kita diam,
menerjemahkan iga santri mengaji
Sumenep, 2021.
ilustrasi: pinterest.