YANG HILANG DARI KESUNYIAN
Telah dicatat serupa takdir
perihal waktu yang melahap hidup
dan rindu yang tak bisa sembunyikan wajah kesedihan
hanya ada desis kecil dari mulut angin
serupa kata:
ayo… kita pulang, ibu telah lama menunggu
; bisikmu
lalu air mata menjadi gerimis
dan tiap kali ia membulir
saat itu pula kesedihan memukul dada
Pamekasan, 2021.
MALAM YANG HANGAT
Telah kurenggut kesedihan itu dari matamu
menjadi gerimis yang mengetuk jendela
membuka tirai kelambu
lalu terbang ke masalalu
hanya matamu
satu-satunya pengintai yang kaku
jerat bagi malam tanpa kecupan dan pelukan
pada puncak malam paling sunyi
cinta yang bening luruh di dadamu
menjadi gerimis
membasahi kerontang tubuh ini
Pamekasan, 2021.
MEMOAR
Nanti bila malam kembali labuh
janji yang pernah kita catat
saling sitegang dan tuduh
lalu kita sama-sama menghitung
duka kehilangan yang tiap waktu menderai wajah kita
siapa sebenarnya yang khianat
hingga malam terasa sempit
dan bulan memilih lingsir
di tiap denyut dada kita
Pamekasan, 2021.
HARI-HARI YANG SIAL
Hari-hari yang sial
jenuh di kepala setiap hari makin bengkak
merontokkan hening paling bening
dada kita acapkali berlubang, Alina
sebab ketakutan, kesedihan, dan kesepian
menusuk setiap rongganya
ingatan jadi macet, jalan-jalannya berlubang penuh kerikil
; sebab pembangunan jadi ladang korupsi, Alina
begitu pula dada kita, tiap hari pucat pasi kehilangan api
lalu kita hanya bisa bertanya-tanya
bagaimana menutup lubang ini
sebab bukan hanya kebahagiaan yang tiap hari dikeruk
; tanah dan bebatuan pula
telah menjelma gedung dan jalan yang membakar kepala kita
di dadaku di dadamu luka-luka makin lelap