Bagi bangsa Indonesia, Soekarno merupakan sosok negarawan multidimensi. Ia nasionalis-sosialis, cendekiawan, dan pemikir muslim progresif. Juga, dikenal sebagai orator sejati dengan gaya berpidatonya yang khas dan retorik. Soekarno mampu membakar semangat nasionalisme masyarakat Indonesia di tengah guncangan ekonomi-politik Indonesia pasca kemerdekaan. Kontribusinya begitu besar terhadap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tak heran jika ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Pemikiran Soekarno memberikan warna tersendiri bagi perjalanan bangsa ini. Alih-alih ia diposisikan sebagai pemikir progresif dengan gagasan nasionalisme yang berupaya mewujudkan persatuan dan kesatuan antar-masyarakat Indonesia dalam bingkai nasionalisme, kecaman dan kritikan yang diperoleh Soekarno dikarenakan berbeda pandangan dengan beberapa tokoh (M. Natsir, Kartosoewirjo, Ahmad Hassan, dan lain-lain) yang menghendaki tegaknya syariat Islam pada negara Indonesia. Walau begitu, Soekarno menjadi inspirator bagi banyak intelektual muda, terutama di kalangan mahasiswa dan para aktivis.
Sementara itu, di tengah menguatnya wacana pembentukan Negara Islam (Khilafah Islamiyah) pada 1950-an oleh sebagian kelompok partai-partai kecil, memantik respons Soekarno. Sehingga, pada 27 Januari 1953, Soekarno menyampaikan pidato di Amuntai dengan menyampaikan rumusan tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurutnya, jika Islam dipaksakan menyatu dalam sistem negara (menjadi dasar negara), maka akan terjadi kemandekan (jumud) dan agama Islam akan mengalami degradasi sebagai agama yang suci.
Perlu dicatat Soekarno bukan berarti anti-Islam, tetapi ia berupaya untuk memisahkan antara agama dan negara. Pemisahan tersebut perlu dilakukan demi kebaikan agama dan negara. Di mana agama terhindar dari manipulasi politisi, dan pemerintahan terlaksana tanpa beban partikularisme keagamaan. Karena, menurut Soekarno, kehidupan politik didasarkan atas kepentingan dan keharusan sosial, bukan sebaliknya (sebagaimana yang dipahami oleh kelompok Islam fundamentalis).
Soekarno dan Islam
Sebagai seorang tokoh nasionalis-sosialis, Soekarno selalu memerhatikan gerak-langkah bangsanya yang mayoritas beragama Islam. Pada masa Soekarno, umat Islam mengalami kemandekan dalam mengamalkan ajaran Islam. Hal ini dikarenakan mereka cenderung melaksanakan ajaran Islam berdasarkan fikih sentris.