Mengintip Konsep Merdeka Belajar ala Pesantren

465 views

Indonesia sedang gencar mengkampayekan penggunaan kurikulum baru yang digadang-gadang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. Kurikulum yang mulai diterapkan ke sekolah-sekolah formal tersebut disebut Kurikulum Merdeka Belajar.

Dikutip dari halaman web Kompas.com, Kemendikbud Ristek menyatakan terdapat 142.000 sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Kendati demikian, konsep Kurikulum Merdeka ini masih belum banyak disetujui oleh berbagai pihak, seperti pendidik (guru), orang tua, dan stakeholder pendidikan lainnya. Bahkan orang  tua para siswa pun juga banyak yang tidak menyetujui jika kurikulum ini diterapkan di sekolah-sekolah tempat anak mereka belajar.

Advertisements

Para orang tua memiliki kekhawatiran dan bahkan kekecewaan yang muncul akibat kurikulum yang terus diganti. Hal semacam itu tentu wajar dialami orang tua, terlebih jika mengingat awal-awal munculnya Kurikulum 2013 yang dianggap lebih rumit dan membingungkan. Meskipun, pada akhirnya K-13 juga dapat diterima dengan baik oleh guru dan orang tua dalam memberikan pelajaran untuk anak.

Mengacu pada hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kurikulum mana pun tentu ada nilai plus dan minusnya yang memberikan peluang bahwa kurikulum baru juga kemungkinan akan dapat diterima dengan baik dan dinikmati prosesnya oleh seluruh elemen pendidikan.

Sebelum Kurikulum Merdeka diterapkan dan diterima oleh seluruh elemen pendidikan, tentunya perlu diketahui konsep Kurikulum Merdeka yang ditawarkan oleh Mentri Pendidikan. Yang dimaksud Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang membebaskan pembelajaran tidak sebatas di dalam ruang kelas saja. Kurikulum Merdeka menekankan kebebasan berpikir dalam belajar dan tidak ada paksaan maupun hukuman karena dapat mematikan kreativitas dan kemerdekaan jiwa peserta didik.

Melihat konsep Kurikulum Merdeka Belajar yang seperti itu mengingatkan kita akan proses belajarnya Nabi Ibrahim AS ketika mencari keberadaan Tuhan yang termaktub dalam Al-Quran surat al-An’am ayat 76-79. Pada ayat tersebut diceritakan bagaimana Nabi Ibrahim menjadikan alam sebagai objek pencarian Tuhan. Melalui terbitnya bintang, munculnya bulan, terbitnya matahari dan mengetahui kelemahan-kelemahan makhluk. Setelah usaha yang dilakukan itu barulah Allah memberikan petunjuk tentang ke-Esaan-Nya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan