KASIH IBU SELUAS ISTANA
Di senja itu ketika
Matahari lingsir
Seorang anak berkacak
Di depan cermin
Mendeklamasi sajak
Nak! Pekiknya
Jika kamu anak
Seorang pelaut
Kasih ibumu
Seluas samudra
Nak! Teriaknya
Jika kamu anak
Seorang petani
Kasih ibumu
Sejembar bumi
Nak! Sungutnya
Jika kamu anak
Seorang pemulung
Kasih ibumu
Sepanjang jalan
Nak! Gumamnya
Jika kamu anak
Seorang pelacur
Kasih ibumu
Sedalam sumur
Tapi Nak… Bisiknya
Jika kamu anak
Seorang penguasa
Kasih ibumu
Hanya seluas istana
Kamu pilih jadi
Anak siapa, Nak
Oh, jadi anak Bulan?
Kenapa, Nak?
Oh, kasihnya
Jadi penerang
Gelapnya malam
Anak itu kemudian
Berdiri di balik jendela
Melongok langit
Menunggu Bulan
Yang bakal mengurai
Kegelapan malam
DI SINI, KITA PERNAH BERDIRI
Di sini, kita pernah berdiri
menatap seunggun api
di antara denting seloki
dan spoi angin malam hari
Tapi cuma sebentar
tanganmu gemetar
dadamu berdebar
wajahmu terbakar
Misalkan kau masih di sini
menatap seunggun api
di antara denting kecapi
dan tembang melankoli
Aku akan bercerita
tentang sebuah masa
di mana bersetia
menjadi sia-sia
Misalkan kau masih di sini
kita akan berdiri di atas bara api
Sumber ilustrasi: e-journal unp.