Setiap tanggal 10 Desember, dunia merayakan Hari Hak Asasi Manusia (HAM). Ini adalah momen penting yang mengingatkan kita akan pentingnya penghormatan terhadap hak-hak dasar setiap manusia.
Hak untuk hidup, hak untuk bebas dari penindasan, dan hak untuk hidup dalam kedamaian adalah beberapa hak dasar yang harus dihormati di seluruh dunia. Namun, meskipun sudah ada deklarasi internasional dan berbagai upaya untuk melindungi hak-hak ini, masih ada banyak negara yang gagal dalam melaksanakannya, termasuk Palestina.
Palestina adalah salah satu tempat di mana ketidakadilan dan pelanggaran HAM terjadi setiap hari. Ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk berpikir ulang tentang bagaimana kita memperjuangkan HAM, khususnya bagi mereka yang terpinggirkan seperti rakyat Palestina.
Fikih Kesejahteraan dalam Islam
Di dalam Islam, fikih tidak hanya mencakup aturan-aturan ibadah seperti salat dan puasa, tetapi juga aturan mengenai kehidupan sosial. Salah satu aspek penting dari fikih adalah kesejahteraan.
Fikih kesejahteraan mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya kita hidup bersama di dalam masyarakat dengan adil dan saling membantu. Konsep ini menekankan pentingnya keadilan sosial, di mana setiap orang, tanpa terkecuali, memiliki hak yang sama untuk hidup layak.
Salah satu bentuk dari fikih kesejahteraan adalah kewajiban zakat, infak, dan sedekah, yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, serta menciptakan pemerataan kesejahteraan. Namun, jika kita melihat kenyataan yang ada, fikih kesejahteraan sering kali tidak diterapkan secara maksimal.
Banyak negara, termasuk yang mayoritas Muslim, gagal untuk menjalankan prinsip keadilan sosial ini dengan baik. Salah satunya adalah Palestina. Di sana, rakyat Palestina terus berjuang untuk mendapatkan hak dasar mereka, terutama hak untuk hidup dalam damai dan tanpa rasa takut.
Ketika kita merayakan Hari HAM, kita harus bertanya, apakah kita benar-benar peduli dengan kesejahteraan sesama? Apakah kita sudah melakukan cukup banyak untuk membantu mereka yang tertindas?