Anomali di Bulan Suci

40 views

Selalu terjadi anomali di bulan suci. Mungkin tak banyak yang menyadarinya, dan karena itu kita abai pada apa yang sesungguhnya terjadi.

Contoh yang paling dekat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, soal kenaikan harga kebutuhan bahan-bahan pokok dan makanan. Biasanya, dua pekan atau sepekan sebelum Ramadan tiba, harga kebutuhan bahan-bahan pokok mulai merangkak naik. Di pasar-pasar atau di toko-toko,  harga beras, telur, minyak goreng, daging ayam dan daging sapi, bumbu-bumbuan, buah-buahan, dan sebagainya mulai beriak. Begitu memasuki bulan suci, harga bahan-bahan pokok dan makanan itu melonjak. Dan selalu terjadi inflasi di bulan suci seperti ini.

Advertisements

Dalam teori ekonomi yang telah begitu klasik, lonjakan harga biasanya terjadi karena dua hal: tekanan dari sisi demand atau gangguan di sisi supply. Artinya, ada lonjakan kebutuhan akan bahan-bahan pokok dan makanan yang tak terimbangi dengan ketersediaan pasokan. Jika itu yang terjadi, pantaslah harga-harga bahan-bahan pokok dan makanan melompat tinggi. Harga telur, misalnya, bisa naik dari di bawah Rp 25 ribu menjadi di atas Rp 30 ribu per kilogram. Kenaikan setinggi itu seharusnya bisa menggambarkan tingginya tekanan di sisi demand dan terbatasnya pasokan.

Tapi selalu, seperti pada bulan suci tahun-tahun sebelumnya, pemerintah disibukkan oleh urusan menjamin stok pangan mencukupi untuk memenuhi lonjakan kebutuhan bahan-bahan pokok dan makanan selama Ramadan. Dua sasaran sekaligus ingin dicapai oleh pemerintah: ketersediaan bahan pokok dan makanan secara memadai dan karena itu stabilitas harga bisa dijaga. Dengan demikian, seharusnya tak ada lonjakan harga.

Tapi, sekali lagi, itulah anomali yang selalu terjadi di bulan suci seperti ini. Saya, dengan “logika yang lurus”, berasumsi seharusnya tak terjadi lonjakan harga dan supplay bahan pokok dan makanan tetap aman selama bulan Ramadan. Kenapa? Sebab, bukankah sepanjang bulan Ramadan kaum muslim harus berpuasa?

Logikanya, ketika sedang berpuasa, volume makanan yang kita konsumsi akan berkurang. Di luar bulan puasa, sesuai tradisi masyarakat kita, biasanya kita makan tiga kali sehari, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam. Itu yang pokok. Tradisi itu berubah selama bulan Ramadan; kita hanya makan dua kali dalam sehari, yaitu saat berbuka puasa dan sahur. Artinya, volume konsumsi makanan selama sebulan berpuasa seharusnya berkurang.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan