Ayah Seekor Kucing Hitam

16 views

Tiga gambar kucing dengan bingkai pigura kayu jati melekat di dinding. Jika diamati terus-menerus, seperti gambar puluhan tahun lalu. Tentu, sudah ada sebelum aku membuka mata ke dunia. Kucing yang paling besar terletak di tengah dengan bulunya yang hitam. Dua kucing lainnya justru dengan bulu campuran.

Memang hanya sebatas gambar, tetapi mata kucing yang berbulu hitam itu seperti lekat menatap mataku. Tatapan mata kita bertemu. Selalu kupandangi lekat-lekat, garis warna putih di tengah matanya begitu jelas terlihat. Sementara dua kucing di kanan-kirinya tidak menampakkan wajahnya. Menunduk dalam umpama dirundung kesedihan. Kebetulan juga gambar berpigura itu terletak di ruang makan. Sebabnya, setiap pagi aku bisa melihat dan menatap mata kucing hitam yang tidak pernah sembap.

Advertisements

Seingatku, gambar itu dipasang ibu dua tahun lalu. Ibu mengeluarkan dari gudang di belakang rumah atau, mungkin, dari kamar paling belakang. Intinya, gambar di ruang makan hanya pindahan dari tempat sebelumnya.

Pertama kali kulihat, satu kucing yang berwarna hitam sungguh menyeramkan. Tetapi, berbulan-bulan sejak pandang pertama aku menjadi terbiasa. Pernah kusuruh ibu untuk memindahkannya kembali pada tempatnya semula. Ibu menolak, katanya biar waktu makan ditemani dengan menatap mata kucing hitam. Aku kurang begitu suka kucing, pada mulanya. Di rumah, aku melarang ibu memelihara kucing. Dan kucing (yang berjumlah tiga) hanya ada dalam gambar. Tidak apa-apa, pikirku, asal bukan kucing yang nyata.

Kuseret kursi yang biasa digunakan tempat duduk ketika makan. Rumah hari ini sepi, sepertinya ibu baru saja keluar. Pergi ke mana entah, belum sempat kutanya. Kudekatkan kursi dan tubuhku yang kecil berdiri di atasnya. Sialan, tanganku tidak menjangkau gambar kucing itu. Terpaksa kugunakan meja makan. Kali ini pasti bisa dijangkau, batinku. Tiba-tiba ibu menggedor pintu di belakangku. Sontak, aku terkejut. Mata ibu menatap mataku, persis tatapan mata kucing itu.

“Kok balik?”

“Memangnya ibu pergi ke mana?”

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan