ANAK PEDAGANG KECIL
seumpama biji ketumbar
aku rapuh dalam satu kunyahan
daun lumbu di atas meja
dirundung lidahku
sebagai anak pedagang kecil
aku harus nunut masakan ibu
racikan alif-ba-ta ajaran pertama doa-doa
sewaktu maghrib menjemputku
aku pulang bersama senja yang rebah di pundakku
ia lelah mengelilingi banyak kepala
sementara ibu masih di kursinya
mengunyah nasi sisa makan siangku
sebagai anak pedagang kecil
aku tumbuh dari biji kemakmuran
benih-benih ajaran yang disiram ibu siang malam
Purwokerto, 2024
LADANG
relakanlah ilalang terbakar di tubuhmu
ia akan menjelma ladang subur
biji menumbuh
anak-anak padi bermunculan
lalu dadamu akan memanen warna keemasan
dari pagi-siang matahari
kita tahu
ladang ini pencakar langit
doa-doa pendidikan anak-anak desa
simbol kemakmuran dan nurani
warisan nenek moyang
dari sinilah
generasi tumbuh dari manusia ke manusia
dengan sederhana menuju surga
Purwokerto, 2024
BALING-BALING DOA
dan mulutku bergetah memanggil-manggil angin
dari baling-baling depan rumah
mungkin saja, ibu lupa memindahkan lempengan besi itu
sehingga ia terjaga mengipasi masa tua
sewaktu baling-baling di buat
bapak memasang doa
agar sepeninggalannya kelak, aku tak perlu merasa sia-sia
ia akan berputar ketika angin datang
dan menyemburkan harapan ke surga
hari ini, mungkin tak ada yang tersisa
sebilah bambu penyangga baling-baling yang dulu gagah
kini mengendur dan lusuh
ia sedikit ragu menghadapi permukaan air hujan
yang terus menyentuh pinggangnya
Purwokerto, 2024
USIAKU MACET
usiaku macet di bulan Juni