Burcek, Seni Merawat Toleransi Masyarakat Bali

16 views

Budekeling di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali merupakan desa yang penduduknya pemeluk agama Islam dan Hindu. Perbedaan tersebut tidak lantas membuat mereka berkonflik. Justru, Desa Budekeling menjadi salah satu tempat lirikan masyarakat umum dikarenakan kerukunannya.

Eratnya kerukunan masyarakat Desa Budekeling bisa dilihat dari kesenian yang dimiliki oleh desa tersebut. Kesenian tersebut adalah Burcek, merupakan sebuah kesenian dengan konsep kolaborasi antara masyarakat muslim dan masyarakat hindu pada genre musik. Bahkan, Burcek pernah ditampilkan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, dalam rangka menyambut Menteri Agama Republik Indonesia (Gus Yaqut Cholil Qoumas).

Advertisements

Kesenian musik ini dinamai “Burcek” karena merupakan gabungan seni burdah yang dibawakan oleh muslim di desa tersebut yang diiringi cekepung yang dibawakan oleh saudara hindu di desa Bedekeling itu. Dari perpaduan burdah dan cekepung itulah lahir istilah burcek.

Kesenian musik ini sudah ada sejak zaman dahulu. Namun, ketika itu kesenian ini belum dinamai Burcek. Biasanya musik ini ditampilkan pada acara-acara keagaaman di desa tersebut.

Seiring berjalannya waktu, kesenian ini sempat punah pada masanya. Inisiatif untuk menghidupkan kembali kesenian ini muncul dari salah seorang kepala desa Budekeling Ida Wayan Gede.

Pada tahun 2012 kesenian ini mulai aktif kembali, dan pada tahun 2017 diikutkan  pagelaran seni yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem bertempat di Lapangan Tanah Aron Kabupaten Karangasem.

Tujuan dari kesenian Burcek ini tiada lain untuk menjaga warisan para leluhur yang sudah mendahului, menjaga toleransi beragama, dan mengajarkan kepada anak cucu kita untuk selalu merawat tradisi para leluhur.

Simbol Toleransi

Tidak sedikit yang menilai dan menyatakan bahwa Bali adalah daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Hubungan antarsuku, budaya, dan agama terjalin dengan akrab dan harmonis. Terwujudnya hubungan yang sedemikian mesra ini sesungguhnya lebih dikarenakan –pada dasarnya- masyarakat asli Bali memiliki karakter yang lemah lembut dan ramah. Oleh sebab itu, sebagai penduduk yang mayoritas, masyarakat Bali menerima dan mengayomi penduduk minoritas.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan