Memasuki malam-malam Nuzulul Quran, tentu sangat membutuhkan kekuatan ekstra untuk tetap konsisten dalam menjalani ibadah puasa dan amal ibadah yang lain selama Ramadan. Kebaikan-kebaikan terus dilantunkan bersama dengan bunyi-bunyi TOA di kampung dan kota-kota besar.
Seakan-akan puasa Ramadan tidak lengkap tanpa nyanyian ayat-ayat suci, serentak azan dan selawat di surau dan masjid. Bulan Ramadan adalah ladang untuk menanam pahala dan membajak keangkuhan dan sifat buruk lainnya. Lagi-lagi ini tahun kedua, ibadah puasa dilaksanakan dengan keterbatasan, kondisi terpuruk dan persoalan-persoalan sosial, budaya, dan keagamaan belum selesai.
Kemarin, pada Englightenment Session Ramadan #12, Nurcholish Madjid Society melaksanakan diskusi online di Instagram. Kebetulan pembicaranya adalah Buya Husein Muhammad. Dengan gaya khasnya, Buya Husein menjelaskan ibadah puasa dan relasi kemanusiaan dalam ruang lingkup Indonesia.
Beliau menyoroti agama yang bermakna ad-din, adalah ruh sekaligus cahaya yang hadir kepada manusia dalam kerangka kemanusiaan. Hal ini berbeda dengan makna syariah yang dikatakan sebagai jalan atau jarak manusia untuk menelusuri jalan menuju Tuhan.
Tuhan mempunyai hak otoritas dalam ibadah puasa, sehingga kontrol atas pikiran, hati, dan tindakan manusia berada di tangan Tuham. Tapi, puasa bukan hanya ibadah yang mengandalkan kedalaman dan kesalehan individu dan spiritual, melainkan harus menyentuh dimensi kemanusiaan. Karena puasa sepenuhnya diprogram dalam ranah kemanusiaan.
Mencintai manusia pada dasarnya adalah mencintai Tuhan. Dari sini Buya Husein ingin menegaskan bahwa ibadah puasa lagi-lagi bukan hanya tentang relasi hamba dan Tuhannya, tetapi juga ada persinggungan hamba dengan hamba yang lain.
Selain kita diperkenalkan dengan banyak tokoh, dalam kesempatan ini, juga syair-syair yang begitu puitis kerap terdengar. Secara tidak sadar, kekuatan sastrawi inilah yang bikin jatuh cinta pada beliau.
Buya Husein juga mengutip perkataan Imam Al-Ghazali, bahwa “Jangan remehkan orang-orang yang membutuhkan bantuanmu, yang menunggu lama di depan pintu rumahmu, berhati-hatilah karena itu bahaya sekali, manakala ada orang yang membutuhkanmu, kamu jangan sibuk ibadah sunah, karena memenuhi kebutuhan kaum muslimin yang membutuhkan lebih utama dari mengerjakan ibadah sunnah.”