Cerita Hikmah dari Kiai Ilyas Ruhiat

59 views

Sabtu (12/4/2025) lalu, kami berkunjung ke Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Sekaligus, kami ziarah ke makam Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) periode 1994-1999 KH Ilyas Ruhiat. Minggunya, dalam perjalanan pulang ke Jakarta, kami mampir ke Pesantren Darussalam di Ciwidey, Bandung. Pesantren ini diasuh oleh KH Hilman Miftahurrojak.

KH Hilman Miftahurrojak, yang biasa disapa Kang Imen, tak lain adalah asisten pribadi Kiai Ilyas Ruhiat. Selama sekitar tujuh tahun, Kang Imen selalu mendampingi Kiai Ilyas Ruhiat baik sebagai Rais Aam Syuriah PBNU maupun anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1998-2003. “Saya sampai tak enak, ke mana-mana selalu diperkenalkan sebagai anak Beliau, padahal saya hanya santrinya,” ujar Kang Imen.

Advertisements

Meski tak lama kami mengobrol, namun banyak peristiwa yang diceritakan Kang Imen, yang sebagian besar baru kali pertama kami dengar. Cerita-cerita yang penuh hikmah dari seorang ulama waskita. Berikut ini adalah ringkasannya:

Menjadi Jaminan Gus Dur

Seperti umum diketahui, Muktamar ke-29 NU di Cipasung menjadi yang terpanas dalam sejarah muktamar organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim Asya’ri ini. Sebab, saat itu, Presiden Suharto yang sedang berada di puncak kekuasaan tak menghendaki KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kembali memimpin NU. Pasalnya, Gus Dur selalu menjadi pengkritik nomor wahid pemerintahan Orde Baru. Sayangnya, meskipun seluruh jaringan kekuasaan dan uang telah dikerahkan, Abu Hasan, calon yang disokong Suharto, tetap keok. Dan Gus Dur kembali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU.

Rupanya, Suharto dan jejaring kekuasaannya tetap tidak bisa menerima jika NU masih dipimpin Gus Dur. Segala cara pun dilakukan untuk mendongkel Gus Dur dari kepemimpinan PBNU. Termasuk, upaya membatalkan kemenangan Gus Dur di muktamar melalui pengadilan. Pada situasi yang masih panas tersebut, Kiai Ilyas Ruhiat berinisiatif menemui Suharto dan para petinggi Golkar, mesin politik Suharto ketika itu.

Kepada Suharto dan para petinggi Golkar, Kiai Ilyas meminta agar mau menerima dan mengakui Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU. “Sudah diterima saja, jangan khawatir, nanti Gus Dur itu apa kata saya,” ujar Kiai Ilyas seperti yang ditirukan Kang Imen. “Akhirnya Pak Harto mengalah, mau menerima Gus Dur. Padahal semua juga tahu, Gus Dur itu orang yang tak bisa diatur-atur ha-ha-ha…,” sambung Kang Imen.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan