Dakwah, sebagai kegiatan untuk menyeru atau mengajak orang untuk beriman dan taat kepada Allah harus melekat dalam diri seorang muslim. Karena itu, sebagai muslim, dalam situasi dan kondisi apa pun, kita harus mengambil peran dan punya andil dalam kegiatan dakwah, dalam bentuk apa pun.
Namun, yang harus dipahami, bagaimana kita menjalankan dakwah juga harus disesuaikan dengan perubahan zaman. Ketika teknologi informasi terus berkembang dan mengalami kemajuan begitu pesat, dan membuat segalanya berubah, cara-cara bagaimana kita berdakwah juga harus disesuaikan.
Artinya, materi, metode, dan media dakwah juga harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Apalagi, di era globalisasi seperti saat ini, yang di dalamnya terjadi pertukaran pandangan dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan lain.
Dalam buku A Future Perfect: The Challenge and Promise of Globalizsation (2003) karya Random House, globalisai disebut memberikan pengaruh perilaku masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan perilaku karena globalisasi bisa berpengaruh kepada siapa saja, baik positif maupun negatif.
Karena itu, kita harus bisa memilih dan memilah mana yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan. Untuk itu, diera globalisasi yang serba kecukupan saat ini, banyak yang dapat kita lakukan untuk melaksanakan dakwah.
Seperti saat ini, misalnya, ketika dunia dilanda pandemi Covid-19, dakwah tetap bisa dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Kita bisa membuat objek tentang dakwah menjadi materi dakwah yang dibuat secara menarik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, seperti surat kabar, majalah, sosial media, film, televisi, radio, ataupun di jurnal-jurnal yang memuat berbagai materi dakwah.
Kita juga bisa menggunakan berbagai aplikasi di alat elektronik yang kita miliki, salah satunya yang sudah banyak digunakan orang, yaitu gawai. Misalnya, materi dakwah bisa dibuat dalam berbagai bentuk yang dapat disebarluaskan berbagai platform media.
Kenapa penyesuaian metode dakwah penting dilakukan? Sebab, di satu sisi, kemajuan teknologi informasi membuat semua hal menjadi lebih dilakukan, namun di sisi lain, juga mendorong terjadi pergeseran tata nilai dan perilaku masyarakatnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggeser tata nilai itu mempengaruhi pula proses transformasi nilai budaya —budaya lama mulai ditinggalkan.
Kemajuan teknologi komunikasi telah memungkinkan terjadinya globalisasi informasi. Oleh karena itu, kita dituntut siap menghadapi berbagai informasi di segala bidang. Informasi media massa yang melalui media cetak maupun elektronik tampaknya tidak dapat terbendung oleh jarak, ruang, dan waktu.
Melihat fungsi media massa yang begitu luas, maka secara otomatis akan memberikan kesadaran bahwa hendaknya kita dapat memanfaatkannya secara tepat. Ini berarti muatan-muatan media massa harus mendukung keinginan seluruh masyarakat yang terlibat dalam berbagai sendi kehidupan sosial.
Sebagai muslim yang beriman, jika kita memiliki sebuah ilmu, maka kita harus mengamalkannya bukan hanya untuk kehidupan diri sendiri, tetapi harus disampaikan kepada orang lain walaupun hanya sebatas menyampaikan satu ayat. Kendati demikian, apabila dakwah dilakukan dengan metode yang salah seperti merujuk pada pemaksaan, kekerasan, atau melanggar nilai-nilai kemanusiaan, maka kemuliaannya menjadi tidak berarti.
Beberapa konflik yang terjadi salah satunya berasal dari metode dakwah yang salah, seperti yang sempat viral di antaranya yaitu tersebarnya video yang menyebarkan ceramah berisi berita bohong atau hoaks dan fitnah sehingga meresahkan masyarakat dan menimbulkan masalah hukum.
Peristiwa-peristiwa seperti itu sering terjadi disebabkan oleh kesalahan dalam berdakwah, yang pada mulanya ditunjukan agar masyarakat dapat meraih informasi dan menjalankan aktivitas keagamaan sesuai dengan syariat, namun pada realitanya justru menimbulkan kontroversi. Karena itu, dalam berdakwah, media apa pun yang digunakan, tetap harus dilakukan dengan cara-cara yang baik.