DI JENDELA MASA LALU
setiap kali beta buka jendela
menganga ke laut lepas
mata dan isi kepala ditarik-tarik
pada masa lalu
ketika beta bersama papa menjaring kehidupan
di antara amuk ombak dan terjangnya angin lautan
setangkai rindu jatuh di tiris-tiris jendela
yang diselimuti lumut sehijau rindu
di waktu dulu papa mengajak beta
menikmati peluh yang jatuh pada tubuh
merasakan manisnya air laut
saat kami kembali memeluk teluk
lalu mama menjemput kami
dengan harumnya senyuman
papa mengajariku untuk selalu tangguh dan tabah
seperti karang dipukul amuk ombak saat musim timur tiba
mama mengajariku agar selalu tersenyum
walaupun berkah tak kunjung tiba
menghibur dada
di jendela itu
beta diantar pulang pada masa lalu
lalu lewat puisi beta menerjemahkan rindu
tahoku, 6 Juli 2021.
BERKALI-KALI KAU DATANGI TANJUNG INI
berkali-kali kau datangi tanjung ini
yang dibelah oleh kali sepi
jarang dikunjungi
ombak sering kali memutih
menggulung pasir di tanjung ini
menelan bebatuan yang tabah
bersemedi di bibir pantai tanpa dermaga
kau datang dengan perahumu
Kau mendayung peninggalan tanah ibumu
menjauh dari bahu ayahmu
menuju tanjung melempar sauh
lalu kau berlabuh dengan teduh
mengatasnamakan rindu
berkali-kali kau datangi
ada saja rindu yang menepi di bibir pantai
setelah kau tinggali
tahoku, 11 juni 2021.
BERULANG KALI AKU KE PANTAI
bukan sekali
berulang kali aku datangi pantai ini
selalu kutemukan laut memulangkan
putih ombak ke bibir pantai bersujud di kakiku
daun-daun kenari menari
burung nuri berdansa ke sana ke mari
angin bernyanyi dari bulan juni
sampai pada bulan Juli
laut tak pernah sepi oleh buih
maupun ombak menepi
aku terpesona, terhibur hati nurani
berulang kali aku datangi pantai ini