Meskipun menjelang akhir tahun 2022 berada di musim penghujan, hilir mudik masyarakat yang sedang melakukan perjalanan khususnya dengan tujuan pariwisata, nampak ikut mewarnai keramaian di sejumlah tempat rest area, termasuk masjid singgah yang berada di tepi jalan raya. Masyarakat ini biasa disebut sebagai musafir, yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan dengan jarak tertentu.
Para musafir ini, mulai dari yang menggunakan kendaraan pribadi hingga kendaraan umum khusus angkutan pariwisata, sesekali harus menepi dan menghentikan perjalanan pada tempat-tempat semacam rest area. Bahkan, sebagian musafir sengaja menepi dan memilih masjid di pinggir jalan raya sebagai tempat persinggahan agar dapat beristirahan sejenak atau memenuhi kebutuhan lainnya.
Sekadar ilustrasi, gambaran seperti itu dialami penulis saat menjadi seorang musafir, ketika menempuh perjalanan dari arah Kabupaten Jember menuju tempat destinasi wisata religi di Jawa Timur, yaitu wisata religi Pesarean Sunan Ampel serta Pesarean Syaikhona Kholil. Sehingga harus menjadi perhatian tersendiri, tatkala menepi dan singgah sesaat di salah satu masjid yang berada di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Sebuah pengalaman menarik saat merasakan fasilitas yang diberikan oleh pengelola masjid kepada musafir yang sedang berkebutuhan.
Bukan bermaksud membanding-bandingkan, bahwa keberadaan masjid ini tidak sama dengan masjid pada umumnya. Setiap harinya, masjid ini menjadi jujukan para musafir. Angkutan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum khusus pariwisata silih berganti parkir di pelataran sekitar masjid. Banyak musafir sekadar beristirahat sejenak, sebagian melaksanakan kewajiban salat, atau memenuhi kebutuhan lain seperti memenuhi hajat makan dan minum.
Artikel ini untuk memahami masjid sebagaimana tempat persinggahan sesaat bagi para musafir, yang tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah salat bagi masyarakat sekitar saja. Akan tetapi, karena juga menjadi jujukan para musafir, tentu keberadaannya yang ramah terhadap musafir menjadikan masjid ini sebagai pusat interaksi masyarakat musafir.
Mengingat, musafir adalah mereka yang sedang melakukan perjalanan dengan jarak tertentu, maka membutuhkan tempat peristirahatan meskipun hanya sesaat. Di sinilah keberadaan masjid-masjid dengan keramahannya, sejatinya sedang berfungsi sebagai pusat aktivitas dan interaksi masyarakat. Sebagaimana Rasulullah pernah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas keumatan. Layanan masjid, meskipun yang diberikan sekadar menyediakan lahan parkir, kamar mandi, tempat peristirahatan sementara, merupakan fasilitas sosial yang dapat memberikan nilai kemanfaatan tersendiri bagi musafir.