Emile Durkheim, sesorang sosiolog asal Perancis, mengatakan, bahwa agama menjadi sangat fungsional sebagai perekat batin masyarakat dalam menjaga nilai dan norma sosial. Namun, saat ini banyak masyarakat yang salah menafsirkan agama; bagaimana agama bekerja sebagai ruang tatanan hidup atau di mana keyakinan itu tercipta dalam dirinya. Agama di era modern ini sering dinodai oleh berbagai konflik keagamaan, merosotnya moralitas dan norma-norma sosial masyarakat setempat.
Bagaimana spiritualitas agama di era modernisasi? Auguste Comte secara tidak langsung pernah menyinggung bahwa di peradaban manusia modern, agama akan luntur eksistensinya. Ini sejalan dengan bagaimana kekuatan agama tak lagi berfungsi sebagai landasan spirtualitas.
Spiritualitas mengalami penurunan parah. Salah satu penyebabnya, menurut Ali A. Allawi dalam bukunya Krisis Peradaban Islam, ialah adanya kepentingan politik yang mengedepankan pragmatisme dan mengesampingkan nilai-nilai moral.
Krisis spiritualitas juga dikarenakan kuatnya dominasi sekularisme. Tidak sedikit orang menganggap agama sebatas urusan pribadi dengan Tuhan, terlepas dari seluk-beluk dan lika-liku sosial. Akibatnya, sosialitas mereka diatur oleh opini bersama yang boleh jadi bersumber dari hasrat yang menipu. Hal ini yang menyebabkan beberapa dari mereka tidak mempedulikan aspek spiritualitas pada diri mereka dan sebagian dari mereka bahkan ada yang berterus terang bahwa mereka tidak mempercayai adanya Tuhan.
Pun juga, beberapa oknum memperalat agama sebagai tirai yang menutupi kemunafikannya. Kemunafikan berkedok agama tentu memiliki kekuatan persuasif yang kuat, bahkan dapat melampaui kekuasaan politik. Pasalnya, agama berpayungkan legitimasi ketuhanan, sehingga agama yang diperalat demi kepentingan ini terkesan sebagai keharusan yang tidak bisa diganggu gugat. Tulisan ini akan membidik topik terakhir ini sebagaimana akan diulas sebagai berikut.
Dilema antara Spiritualitas dan Seksualitas
Sebagian, bahkan boleh jadi sebagian besar dari masyarakat awam saat ini, tampaknya telah terpengaruh sekularisme. Pada gilirannya, mereka kurang tertarik untuk terikat dengan yang namanya agama. Akhirnya, moralitas dan norma sosial yang terkandung dalam agama terlupakan.